47 . Kebenaran

21.9K 2K 203
                                    

Baca perlahan supaya mengerti

Happy Reading

--oOo--

"Aluna kangen ayah,"

Lelaki paruh baya itu nampak sedikit tersentak. Ia menatap kaget pada seorang anak perempuan yang sudah berlinang air mata di hadapannya. Anak perempuan yang ia tinggalkan saat masih kecil itu, kini sudah beranjak dewasa.

Arsen yang ikut menemani Aluna ke rumah sakit memilih untuk sedikit menjaga jarak dari mereka. Arsen pikir ia harus memberikan waktu untuk Aluna dan ayahnya berbicara.

"Aluna..."

"Ayah apa kabar?" Suara Aluna terdengar bergetar. Sebenci apapun dia dengan pria itu, bagaimana pun juga dia adalah ayahnya.

"Ayah kemana aja? 10 tahun enggak ada kabar, ayah enggak kangen aku sama bang Gibran? Sekarang aku udah kuliah ayah, udah mau lulus..."

"Abang juga udah jadi CEO sukses penerus opah sekarang,"

"Ayah, kata mereka anak perempuan akan menyenderkan kepalanya pada bahu tegas milik ayahnya, membiarkan si anak menangis dan mengeluarkan keluh kesahnya, tapi ayah...."

"Kenapa bahumu terlalu jauh untuk aku bersandar?"

Grep!!

"Maafin ayah nak,"

Aluna semakin menangis kencang. Ia sesegukan di dalam pelukan ayahnya itu.

"Luna pikir ayah udah enggak ada, Luna pikir kita enggak akan pernah ketemu lagi...."

"Maafin ayah,"

10 tahun hidup tanpa sosok ayah dalam hidupnya, dan selama itu juga ia trauma memiliki hubungan pada laki-laki. Aluna benar-benar hidup dalam masa lalunya, ia takut kejadian bundanya akan terulang kembali.

Maka dari itu, Aluna lebih baik memilih untuk tidak memiliki hubungan dengan laki-laki.

Sampai pada akhirnya, Antares datang membantu dia untuk lepas dari masa lalunya. Dan, berakhir dengan tunangan dengan Arsena.

"Semua berpikir Luna baik-baik aja setelah perceraian kalian, enggak ayah! Luna sakit..."

"Luna ingin seperti mereka yang bisa di anter jemput kedua orang tuanya, Luna juga mau keluarga lengkap seperti mereka..."

"Bisa liburan, bercanda, dan merayakan hari ulang tahun bersama keluarga lengkapnya. Aluna iri sama mereka yang bisa melakukan itu bareng keluarga yang utuh, dan harmonis!"

Farhan menangis. "Maafin ayah lunaa, ayah sadar selama ini sudah jahat sama kamu, dan keluarga kita!"

Aksi bunuh diri Kiara yang menyebabkan ia sampai kritis itu membuat Farhan sadar. Selama ini ia hanya mementingkan dirinya sendiri, selama ini dia tidak pernah berbuat baik pada anak-anaknya. Farhan benar-benar menyesali semua itu.

"Ayah tinggal di Amerika beberapa tahun ini,"

"Amerika?"

Hi, Pak Dosen! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang