43 . Not Her

20.2K 2K 160
                                    

--oOo--

Arsen berjalan dengan langkah terburu-buru. Wajahnya tegang hingga jantungnya berdetak kencang. Ia mengatur nafasnya sebelum akhirnya mendorong knop pintu itu perlahan.

"Anjir cepet amat!" Reksa yang sedang memakan bakso kaget melihat kedatangan Arsen.

"Cepet jelasin!"

"Gue baru nyuap sen,"

"Jangan buang waktu gue sa!"

Reksa menatap sayang pada semangkuk bakso yang baru satu suap ia makan. Ah, Arsen bawa mobil kayak orang kesetanan kali yaa? Perasaan mereka baru telponan tujuh menit yang lalu.

"Jadi siapa pelakunya?"

"Darka Shaigam,"

Arsen sedikit tertegun. Tapi ia masih menunggu Reksa untuk melanjutkan ucapannya.

"Setelah Kiara sadar dari komanya dia benci banget sama Darka iyakan? Apalagi Kiara juga kecelakaan dihari pertunangan mereka saat itu. Mungkin, karena kecelakaan yang menimpa Kiara buat dia jadi merasa bersalah,"

"Sebenernya gue masih belum bisa simpulin tujuan utama Darka ngelakuin hal bodoh kayak gitu ke Aluna untuk apa? Kalau misalnya tujuan dia adalah buat hubungan lo sama Aluna hancur, dan akhirnya bisa buat lo balik lagi sama Kiara. Kenapa enggak ngelakuin hal yang lebih gila aja dari ini? Nanggung bro,"

Arsen menatap tajam. "Lo pengen banget gue bunuh kayaknya,"

"Gue belom nikah setan! Belom ngerasain yang namanya uwuw sama cewek gimana," Reksa berucap kesal.

"Lanjutin cerita lo,"

"Terus lebih parahnya lagi si Darka itu bayar ratusan akun buat hate comment disemua sosial media pacar lo. Itu belum termaksud sama mahasiswa yang dia bayar untuk bully Aluna yaa, tuh manusia gila bangetkan?"

Arsena diam. Rasanya ia ingin membanting semua barang yang ada disini untuk menyalurkan rasa marahnya. Darka benar-benar ingin bermain dengan dia sepertinya.

"Kalau lo nanya apa bener Kiara enggak ada sangkut pautnya sama kasus ini? Gue akan jawab enggak sama sekali, karena disini cuma Darka pelakunya. Well, dia merasa bersalah banget sama Kiara."

"Gue harus bawa kasus ini ke jalur hukum. Dia udah berani main-main sama milik gue,"

Reksa menelan salivanya susah payah, wajah Arsen sangat menyeramkan sekarang.

"Bro, jangan langsung ambil keputusan sekarang,"

"Terus kapan? Nunggu Aluna gantung diri dulu karena terus-terusan dibully? Lo pikir gue tega ngeliat dia setiap hari tertekan karena masalah ini,"

"Gue ngerti," Reksa menepuk pelan bahu Arsen. "Tapi untuk sekarang masih banyak teka-teki yang harus kita pecahin dulu,"

"Teka-teki silang!"

Reksa terkekeh. "Orang lempeng sekalinya ngelawak garing, udah kayak ker----"

"Serius sialan!"

"Gausah ngegas kampret! Ah, gue kawinin juga lo lama-lama sen,"

Hi, Pak Dosen! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang