25. Nano-Nano

29.3K 2.8K 204
                                    

Jangan lupa apa ges? Pencet bintangnya dulu 🙌

--oOo--

Dengan mata sayu dan raut penuh kejengkelan, Aluna keluar dari ruang ganti dengan dress panjang berwarna biru tua yang melekat di tubuhnya. Pagi tadi Arsen mengajaknya ke mall untuk mempersiapkan acara pernikahan temannya itu.

"Ganti!"

Aluna melotot, ini sudah dress kesepuluh yang ia gunakan, dan Arsen masih meminta dia untuk ganti lagi?

"Kamu ngerjain aku ya?"

"Siapa yang ngerjain?" Arsen menatapnya dari atas sampai bawah "Dress itu terlalu terbuka, saya gak suka!"

"Terbuka apanya sih?

Aluna menatap dirinya di pantulan kaca. dress ini sangat cantik dan panjang hingga semata kaki, yaa walaupun sedikit terbelah di bagian bawahnya, tapikan gak terlalu terbuka banget. Arsen nih kok ribet banget yaa?

"Terus aku pake apa?" Aluna memandang kesal pada Arsen.

"Pake baju,"

"Ngeselin banget sih jawaban kamu mas!" Aluna mulai mengoceh "Aku pake kostum ubur-ubur ajalah,"

"Yaudah nanti saya pakai kostum gurita, supaya serasi!"

Aluna mendengus "Kenapa gak sekalian aja pake kostum belalang kupu-kupu?"

"Ide bagus! Ayo kita cari kostumnya Aluna,"

"Mas....." rengek Aluna.

"Kenapa hm?"

"Aku capekk!"

"Yaudah ayok pulang,"

"Tapikan belum selesai,"

Arsen terkekeh kemudian memanggil pelayan toko "Tolong bungkus semua dress panjang yang ada disini,"

"Semua pak?"

Arsen mengangguk "Iyaa, nanti saya kasih alamat rumahnya, bisa di antarkan?"

"Okee, bisa pak!"

Aluna menelan salivanya "Buat apa kamu beli sebanyak itu? Yaampun mas, itu namanya pemborosan!"

"Gapapa! Daripada kamu capek milih kaya gini, lebih baik saya beli semua dan kamu lebih enak milih bajunya."

"Tapi enggak berlebihan kaya begini juga mas, kam----"

"Alunaa....." Arsen mendekat kearah Aluna "Saya lapar, tadi pagi enggak sarapan!"

"Seriusan?" Aluna menatap arloji di tangan kanannya "Yaampun udah jam 12 siang!"

"Laperrrr," Arsen memeluk Aluna dan menumpukan kepalanya di bahu perempuan itu.

"L---lepas mas, nanti ada yang lihat kita," ujar Aluna berusaha setenang mungkin.

"Alunaa,"

"Iyaa?"

"Jantung kamu berisik,"

Aluna langsung mendorong Arsen membuat pria itu terbahak. Astaga! Apa gak bisa dia cukup memeluk dan diam saja? Kenapa harus di ucapin kaya begitu sih? Kan Aluna jadi malu.

"Deg-degan yaa saya peluk?" goda Arsen.

"Diem deh!"

"Aluna,"

"Diem!"

"Lihat itu,"

"Apa?"

Arsen menunjuk seorang ibu-ibu yang menggandeng anak perempuannya "Dia manis bangetkan luna?"

Hi, Pak Dosen! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang