27. Sensitif

30K 2.6K 94
                                    

Jangan lupa apa ges? Pencet bintangnya dulu 🙌

--oOo--

Dua minggu sudah berlalu sejak makan malam yang di siapkan oleh Arsen di atas rooftop perusahaan keluarganya. Selama itu juga status pria itu belum diberi kepastian oleh Aluna. Mereka memang menghabiskan banyak waktu bersama seperti, pergi ke mall, belajar bersama, dan melakukan banyak aktivitas menyenangkan lainnya.

Aluna masih ragu dengan perasaannya sendiri. Tapi kalau boleh jujur, dia selalu merasa nyaman saat bersama Arsen. Pria itu juga tidak pernah bertanya lagi kapan Aluna mau menjawab 'iyaa' atau 'tidak'.

"Namanya Samira, mahasiswa baru yang katanya anak dekan fakultas kita. Cantik, pinter, berbakat, terus banyak yang bilang kalau dia itu naksir berat sama pak Arsen!"

"Wah! Kalau pak Arsen sama dia sih gue setuju, setuju aja, mereka cocok banget sih!"

"Bahkan si Celine ngajakin dia buat masuk ke gengnya, kalian tau the violet kan? Geng yang kalau kemana-mana harus kembaran bajunya."

"Kutang sama dalemannya kembaran juga gak ya?" batin Aluna.

Aluna berusaha memfokuskan dirinya pada buku yang sedang ia baca. Namun, sialnya telinga dia malah mendengar jelas apa yang April and the genk gosipkan. Siapa lagi sih Samira? Aluna benar-benar kesal mendengar nama perempuan itu. Kenapa perempuan yang menyukai Arsen itu sangat banyak.

"Woi lun, nih, titipan nasi goreng, coklat, roti, dari pak Arsen!" bisik Sabitha yang baru saja datang.

"Buat lo aja!"

Sabitha mengernyit bingung mendengar nada ketus dari Aluna, tapi kemudian dia mengangguk senang "Beneran nih yaa? Makasih lhoo, ah enaknyaa!"

For your information. Sejak Aluna mengatakan sedang diet, besoknya Arsen langsung rutin memberikan bekal pada perempuan itu. Awal-awalnya Aluna tidak suka dan malah marah, tapi semakin kesini dia jadi senang karna Arsen yang perhatian.

"Lo kenapa sih?" tanya Sabitha.

"Nggak papa," Aluna membereskan bukunya "Davino sama Angga mana?"

"Kantin kali,"

"Gue keluar dulu,"

"Eh mau kemana?!"

Tanpa menghiraukan teriakan Sabitha ia melangkahkan kakinya ke ruangan Arsen. Walaupun sebenarnya Aluna juga tidak tahu apa tujuan dia ingin datang kesana.

Arsen yang sedang berkutat dengan laptop menoleh kemudian tersenyum melihat Aluna yang datang "Ada apa Aluna? Tumben sekali kamu kesini,"

"Kenapa? Aku enggak boleh dateng kesini? Apa cuma Samira doang yang boleh?!"

Arsen mengernyit "Kamu kenapa marah-marah?"

"Siapa yang marah?!"

"Nada suara kamu naik,"

"Emang kaya begini dari dulu!"

Arsen bangun dari tempatnya dan membawa Aluna untuk duduk di sofa panjang. Perempuan itu tidak biasanya marah-marah begini, apa Arsen berbuat salah?

Hi, Pak Dosen! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang