3. Good Night!

1.2K 139 94
                                    

Daegu, Tuesday.

Di dalam sebuah ruangan kerja yang di desain dengan begitu nyaman dan modern, seorang pria dengan marga Park tengah berkutat di depan laptopnya dengan ekspresi wajah yang serius.
Sesekali dia mengerutkan dahinya.

Pria itu sedang mencari referensi untuk membuat menu makanan baru yang rencananya akan dia masukkan ke dalam daftar menu di HanSé Caffé

Tok... Tok...

Mendengar suara ketukan dari pintu ruangannya, Loey hanya menoleh sesaat kemudian bersuara memerintahkan orang yang mengetuk pintunya untuk masuk.

"Masuklah!" Ujarnya dengan suara tegas.

Pintu itu pun terbuka dan menampakkan sosok wanita berbalut setelan blazer dengan warna senada.

"Annyeonghaseyo, Sajangnim?" Sapa wanita yang rambutnya dikuncir kuda tersebut.

"Hmm... Sooyoung-ah, wae?" Loey menjeda kesibukannya dan fokus pada karyawannya.

"Aku hanya ingin menyerahkan file ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku hanya ingin menyerahkan file ini. Pengajuan untuk pembukaan cabang baru HanSé Caffé di Incheon. Semuanya sudah lengkap ada di dalamnya. " Gadis bernama Sooyoung itu menyerahkan sebuah map biru pada Loey.

Bisnisnya memang baru berjalan sekitar setengah tahun yang lalu. Tapi Loey berhasil mengembangkan usahanya dan melebarkan sayapnya dari Daegu ke kota lain.

Keputusan mundur dari jabatan Produser musik sudah sangat bulat bagi Loey. Dia meninggalkan Seoul dan kembali ke Daegu setelah sadar dari komanya. Saat itu Loey sama sekali tidak memiliki tujuan hidup apapun. Yang dia pikirkan hanya Rosie dan Hana. Badannya semakin kurus karena seringkali melewatkan makan. Dua kali dia hampir meregang nyawa karena merasa hidupnya tak memiliki arti apa-apa lagi tanpa anak dan istrinya. Beruntung itu semua digagalkan oleh orang lain dan juga kakaknya sendiri.

Melihat adiknya terpuruk seperti itu, Yoora pun berusaha menghibur Loey. Dia terus memberikan semangat pada Loey sehingga pria itu tidak merasa begitu hampa dan kesepian. Yoora juga seringkali memberikan kata-kata positif agar Loey bisa bangkit lagi setelah cobaan yang menerpa hidupnya ini dengan bertubi-tubi.

"Hidup itu berjuang Loey-ah. Putus asa bukanlah pilihan. Kau ingat kata-kata dari Eomma ini kan?"

Seperti itu yang diucapkan oleh Yoora. Dan detik itu juga Loey merasa mendapat tamparan keras. Semangat dalam dirinya mulai terisi. Memang benar, putus asa bukanlah sebuah pilihan. Hanya seorang pecundang yang tidak bisa bangkit dan menemukan jalan keluar atas masalahnya. Loey tidak mau menjadi salah satu dari mereka. Dia akan buktikan pada dirinya sendiri bahwa dia bukanlah pecundang.

Beberapa minggu Loey memutar otak untuk mencari kesibukan yang dapat menghasilkan uang. Dia juga sempat berdiskusi ini dengan sang kakak. Hingga Yoora memberikan ide cemerlang yang langsung Loey terima. Membuka usaha kafe.

(No) WAY BACK HOME 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang