38. Faith and Fate

1K 133 31
                                    

Wanita itu baru saja selesai berpakaian setelah mandi sorenya. Dan kini memilih untuk turun dari kamarnya menuju ruang tengah menghampiri semua anggota keluarganya yang sedang berkumpul kecuali pria bernama Loey. Dia tidak ada di sana.

Padahal Rosie berharap Loey ada diantara mereka. Atau setidaknya melakukannya demi putri mereka yang juga ada di sana.

Oh astaga, Rosie lupa kalau ingatan suaminya itu masih bermasalah. Dan pastinya tak bisa semudah itu untuk mengakrabkan diri bersama anggota keluarganya yang lain. Tentu rasa canggung masih mendera Loey untuk melakukannya.

"Rosie hati-hati! Kau bisa terjatuh!" Seru Clare ketika melihat Rosie menuruni tangga dengan langkah buru-buru.

Sebuah cengiran yang Rosie pakai sebagai respon terhadap sang Ibu. Padahal Clare sudah was-was melihat putrinya yang hamil muda itu menuruni tangga dengan cara seperti itu.

"Sorry Eomma. It's okay. Dia bayi yang akan selalu kuat." Kata Rosie tahu sebenarnya maksud sang Ibu pasti karena mengkhawatirkan kandungannya.

Clare hanya menghela nafas kasar melihat kelakuan putri bungsunya itu.

"Hey little Princess, kau sedang membuat apa, sayang?" Tanya Rosie pada putrinya yang sibuk dengan mainannya.

"I'm makin' a cake, Mommy. Igeo... Aaa–"

"Oh no, Hana. It cannot be eaten." Rosie langsung menjauhkan kue mainan yang terbuat dari play doh itu dari mulut putrinya.

Clare tertawa melihat interaksi mereka. Ibu dan anaknya itu berdua saja sudah ramai.

"Sowwy Mommy." Kata Hana dengan bibir melengkung ke bawah.

"It's okay, honey. Tapi jangan diulangi ya. Karena itu bukan makanan."

Hana mengangguk mengerti. Kemudian lanjut bermain lagi.

Wanita hamil itu mengambil posisi duduk di dekat putrinya bermain. Kemudian menyandarkan tubuhnya di sandaran empuk sofa yang dia duduki.

"Ya! Ini tempatku!" Rosie terkejut saat seseorang menepuk bahunya dengan keras.

Alice.

Yup, kakaknya terlihat memberengut.  Gadis itu baru saja kembali dari dapur untuk mengambil beberapa camilan di dalam lemari pendingin.

"Ah, kau telat. Aku sudah terlanjur mendaratkan bokongku Unnie. Kau duduk di sofa itu saja." Kata Rosie tak membiarkan kakaknya merebut kembali peraduannya.

Alice memutar bola matanya malas. Namun dia menuruti apa kata adiknya.

"Kalian ini, kurang-kurangi ribut di depan cucuku! Jangan sampai dia menirunya ketika nanti adiknya lahir." Ujar Clare memperingati kedua putrinya.

"Mianhae Eomma." Rosie dan Alice secara kompak mengucapkan maaf.

Mereka menghabiskan waktu sore hari dengan menonton acara variety show di salah satu saluran TV.
Tawa terus menghiasi ruangan luas tersebut sepanjang acara karena memang begitu mengocok perut.

Rosie sendiri sampai mengeluarkan air mata karena sulit berhenti tertawa.

🍁🍁🍁

Tok... Tok...

Rosie mengetuk pintu kamar Loey untuk mengajak pria itu keluar makan malam. Rencananya Rosie ingin makan malam di sebuah restoran atau pun kafe yang tak jauh dari rumah orang tuanya ini.
Jadi mereka bisa berjalan kaki tanpa menggunakan kendaraan.

Tak beberapa lama sebuah sahutan mengagetkannya. Karena ternyata sumber suara berat itu justeru dari belakangnya.

"M-maaf, membuatmu terkejut ya?" Kata Loey tak enak hati.

(No) WAY BACK HOME 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang