Seorang gadis dengan kemeja kebesarannya terlihat buru-buru mengemas pakaian ke dalam kopernya. Ekspresi wajahnya tidak menggambarkan bahwa suasana hatinya sedang baik-baik saja. Setelah selesai memasukkan pakaian dan beberapa keperluannya, Alice segera mengecek kembali ponselnya yang dia letakkan di atas tempat tidur.
Suara decakan dari mulut Alice terdengar begitu kasar. Sepertinya memang dia tengah emosi.
"Mentang-mentang customer besar! Seenaknya saja mengatur ulang jadwal pertemuan tanpa persetujuan pihakku. Sialan!" Alice mengumpat kesal saat mendapat sebuah pesan lagi dari salah satu customer-nya.
"Beruntung aku mendapatkan tiket untuk berangkat sore ini!" Lanjutnya seraya mendengus sebal.
Alice bergegas meraih kopernya yang sudah siap itu dan keluar dari kamarnya.
Suasana rumah itu benar-benar tampak sepi. Kemana semua orang?
"Eomma?" Panggilnya saat tiba di ruang keluarga. Tidak ada sahutan dari orang tuanya itu. Namun televisi masih menyala.
Saat Alice membalikkan tubuhnya lagi untuk menuju ke dapur, seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah Ibunya ternyata sudah ada di sana dan sedang berjalan mendekati anak gadisnya.
"Ah, Eomma." Ujar Alice tersenyum pada sang Ibu.
"You go now, Ally?" Tanya Clare to the point.
"Iya Eomma." Jawabnya.
"Take care Ally. Sempatkan waktu untuk tetap datang kesini mengunjungi Eomma."
Terlihat guratan pilu dari wajah Clare ketika wanita paruh baya itu mengungkapkan kalimat tersebut. Dan lagi-lagi, Alice harus merasakan sesak di rongga dadanya hanya karena sebuah ucapan yang bernada pasrah itu.
"Eomma..." Kedua maniknya dia tatapkan lurus menembus sepasang manik sang Ibu.
"Sekali lagi aku meminta pada Eomma untuk memikirkan saranku dan juga Rosie. Tinggal lah bersamaku di LA." Ujarnya serius memohon.
Clare hanya terdiam beberapa saat. Hatinya masih amat sangat berat meninggalkan rumah ini. Rumah yang penuh kenangan bersama mendiang suaminya.
Hampir-hampir cairan bening menetes dari pelupuk mata Clare. Dengan sigap dia langsung menghalaunya."Ally-ah, mobil sudah siap. Apa kita akan berangkat sekarang?"
Ibu dan anak itu sontak menoleh saat Park Hae Joon, supir pribadi keluarga itu berucap dari jarak beberapa meter dari mereka.
"Ah, itu. Mobilnya sudah siap kata pamanmu. Berhati-hatilah seperti pesan Eomma tadi, arraseo? Jangan lupa untuk mengabari kami kalau sudah tiba di rumah." Clare mendekat selangkah dan mengecup puncak kepala putri sulungnya.
Alice menghela nafas beratnya. Sepertinya memang keputusan sang Ibu sudah final dan tak ada tawar menawar lagi. Dengan rasa kesal dan kecewa, Alice berusaha memalsukan senyumnya pada sang Ibu kemudian gilirannya untuk mengecup pipi Clare.
"Jaga diri Eomma juga baik-baik. Aku mencintai Eomma dan Appa." Ujar gadis itu kemudian memutar tumitnya dan mulai melangkah menuju pintu utama keluar dari rumahnya. Diikuti oleh Hae Joon yang sudah mengangkat koper milik putri majikannya.
"Be careful Hae Joon-ah!" Titah Clare dan dibalas anggukan serta senyuman dari supir mereka itu.
🍁🍁🍁
Loey tampak begitu kagum memandangi istrinya yang duduk di kursi depan dan dengan sangat lihai mengontrol kemudi mobil itu. Sejak berangkat dari rumah hingga tiba di super market, pria itu jarang mengalihkan pandangannya untuk setidaknya menatap jalan yang ada di depan atau bisa juga memandangi deretan gedung di samping kanannya. Dan kini pun hal itu masih dia lakukan di jalan menuju pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
(No) WAY BACK HOME 2 [END]
FanfictionSeason kedua dari cerita (No) Way Back Home! Disarankan untuk membaca Season 1 lebih dulu. And Don't forget to follow and vote, juseyo:) 🙏 (PS : DI CERITA INI KONFLIK AKAN LEBIH BANYAK) Perpisahan antara Loey dan Rosie terjadi begitu saja di tenga...