30. Feeling (Part II)

894 131 36
                                    


🍁🍁🍁

Mason memperhatikan menantunya yang sedang tampak melamun tepat disebelahnya. Entah apa yang tengah berkecamuk dipikirannya saat ini. Tadi saat berangkat Loey tampak riang-riang saja. Namun sejak beberapa menit lalu, pria itu terlihat murung. Seperti ada beban dipikirannya.

"Kau lelah, Loey-ah?" Tanya Mason basa-basi.

Pria itu langsung menoleh kala mertuanya bertanya demikian.

"Ah, tidak Abeonim." Jawabnya. Dia memang tidak lelah. Hanya saja hatinya gelisah. Entah karena apa penyebabnya.
Loey benci merasa seperti ini secara mendadak tanpa tahu apa alasannya.

Seperti merindukan seseorang dan membuat hatinya terasa tidak tenang. Tiba-tiba dia ingin cepat pulang saja.

"Sudah sore. Ayo segera menepi. Lagipula kita sudah mendapat ikan cukup banyak." Kata Mason pada menantunya.

Dalam hati Loey bersorak senang. Akhirnya dia dapat segera pulang. Entah kenapa perginya kali ini yang hanya beberapa jam saja begitu menyiksa dirinya. Rasanya sejak tadi dia ingin segera melihat istri dan anaknya.

Setelah turun dari perahu yang mereka sewa untuk memancing, Loey dan Mason berjalan menyusuri bibir pantai dengan bertelanjang kaki. Suasana jingga yang melukis indah lingkungan itu begitu menawan siapapun yang melihatnya.

"Abeonim, maaf." Kata Loey tiba-tiba dan itu membuat Mason bingung.

"Maaf untuk apa?" Tanya pria paruh baya tersebut.

"Jika aku tidak menyenangkan untuk diajak menghabiskan waktu bersama." Kata Loey tertunduk memandangi pasir pantai yang menempel di kulit kakinya.

"Ah, tidak juga. Kau menemaniku memancing saja aku sudah cukup senang. Sudah, tidak usah merasa tidak enak hati. Aku juga tidak mempernasalahkannya." Mason tersenyum sekilas pada Loey.

Loey hanya mengangguk saja sebagai respon. Tanpa berkata-kata lagi sampai mereka memasuki mobil.

Mason langsung menyandarkan tubuhnya ke sandaran jok mobil yang dia duduki tepat disebelah Loey.
Kemudian mata pria paruh baya itu perlahan terpejam. Meninggalkan kesunyian bersama menantunya yang tengah fokus menyetir menatap lurus ke arah jalan besar yang mulai terlihat gelap.

Mobil hitam metalik dengan model Sedan itu menyusuri jalanan Kota Melbourne dengan begitu mulusnya. Tak heran, masih banyak orang yang memilih untuk menghabiskan waktunya di rumah dengan keluarga sampai akhir tahun makanya jalanan Kota masih tampak begitu lengang.

Sesekali Loey melirik ke arah Mason yang tampak lelah. Gurat-gurat penuaan sudah terlihat begitu jelas di wajahnya.

Tiba-tiba dalam benak pria itu, terbesit sebuah pemikiran yang sangat bertentangan dengan hati kecilnya. Mungkin jika Loey dibutakan mata hatinya, dia pasti akan membalas segala sesuatu yang dapat membuat mertuanya itu celaka. Mengingat saat dulu dirinya pernah dibuat menderita sekian tahun karena Mason dan anak buahnya.

Dalam situasi berdua saat ini bisa saja Loey melakukan hal kriminal atau kalau perlu sampai membunuhnya.
Buru-buru Loey menepis semua pemikiran jelek itu. Bagaimanapun yang seperti itu sudah sangat salah dan tidak ada didalam daftar wishlist-nya pula.

Dia hanya manusia. Kalaupun dia membalas apa bedanya dengan Ayah mertuanya kan? Sama-sama orang jahat kalau begitu.

Loey semakin memacu mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Namun dia tetap berhati-hati dan mementingkan keselamatan. Pria itu ingin cepat sampai rumah. Memeluk istri dan putri kecilnya, bermain bersama.

(No) WAY BACK HOME 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang