22. Him and His Love

1.3K 141 50
                                    


Los Angeles, Saturday

"Yeobo, aku pergi dulu. Jangan terlalu betah jauh dari suamimu ini. Kau tahu aku sangat lemah berhadapan dengan rindu."

Rosie dan Alice yang berada di ruang yang sama, saling bertatapan dan menahan senyum geli mereka saat mendengar Ayahnya berpesan seperti itu pada Clare, sang Ibu.

Jadi Ayahnya itu sedang bersikap romantis dengan menggombal sedemikian rupa?

Rosie dan Alice jadi ingin tertawa sekarang dengan kencang. Walau bukan sekali dua kali mereka melihat Ayah dan Ibunya yang bersikap seolah orang yang sedang kasmaran.
Tapi tiap kali menyaksikannya, rasa geli dan lucu itu selalu saja muncul.

Kadang Rosie berpikir, apakah dia kelak akan seperti itu juga dengan Loey saat tua nanti? Haha, Rosie jadi geli sendiri membayangkannya.

"Kau tidak malu dengan putri-putrimu? Lihatlah wajah Ally dan Rosie, kentara sekali kalau mereka sedang menahan tawa." Clare menimpali seraya melirik satu per satu putri-putrinya yang menatapnya balik.

"Biarkan saja. Kelak mereka akan diperlakukan seperti ini juga dengan suami mereka." Kata Mason tak peduli.

Alice langsung meresponnya dengan ekspresi wajah setengah terkejut. Kemudian menggeleng cepat.

"Sorry to say Appa, but i'm allergic to being uwu." Kata Alice penuh percaya diri.

Mendengar perkataan Alice, Rosie rasanya ingin meninju batang hidung kakaknya itu. Belum saja dia dimabuk asmara dengan orang yang mencintainya begitu dalam.
Mari lihat nanti, barangkali ada satu pria paling nekat yang berani meluluhkan hati kakaknya itu.

Mason mengangkat pegelangan tangannya yang terbalut arloji dengan model rantai. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.55. Itu artinya Mason harus segera bergegas menuju bandara sekarang juga.

"Okay girls, i gotta go right now." Kata Mason siap menarik koper miliknya.

"Appa be careful." Kata Alice pada sang Ayah.

"Hubungi kami jika sudah sampai di
Rumah, yeobo." Clare memijat kecil lengan atas Mason sebelum suaminya itu benar-benar pergi.

Kemudian Mason sedikit mendekat ke arah Rosie dan cucunya, Hana yang sedari tadi hanya diam saja memperhatikan orang-orang itu bicara. Ekspresi seriusnya mengingatkan Mason pada Rosie kecil dengan mata minimalis dan pipi gembulnya.

"Hana, Harabeoji pulang dulu. Makanlah yang banyak dan tumbuhlah menjadi gadis kecil yang baik kesayangan kami semua. Arraseo?" Ujar Mason dengan senyuman tersungging di bibirnya. Hana pun ikut tersenyum malu-malu pada sang kakek.

"Appa, hati-hati."

Mason mengangguk lalu mulai memutar tumit bergerak untuk meninggalkan ruangan tersebut.

Sudah beberapa langkah menjauh. Mason kembali berbalik badan. "Yeobo, jangan lupa apa kataku tadi. Kau jangan terlalu betah disini dan cepatlah kembali!"

Clare mengangguk saja dari jarak beberapa langkah, mengiyakan Mason.

Di halaman rumah, Loey sudah menunggu Ayah mertuanya di dalam mobil. Terserah kalau dibilang seperti supir pribadi. Dia hanya menghindari kecanggungan yang takutnya malah akan tercipta kalau Loey ikut berkumpul tadi di dalam.

Melihat sang Ayah mertua mulai menampakkan batang hidungnya, Loey baru buru-buru turun dan berjalan cepat menghampiri Mason.

"Biar kubantu Abeonim." Kata Loey mengambil alih koper yang diseret oleh Mason tanpa menunggu jawaban dari si empunya. Mason hanya diam saja. Dia juga tidak berniat untuk menyahuti Loey sama sekali.

(No) WAY BACK HOME 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang