Di dalam sebuah ruangan dengan desain begitu modern, tampak seorang wanita sedang menatap layar sebuah laptop yang kini ada dihadapannya. Pekerjaannya meninjau semua data sudah selesai. Namun ada yang membuatnya kepikiran.Ini tentang Loey. Entah sampai kapan dia akan menggantikan posisi adiknya di perusahaan kuliner ini. Dia tidak bisa terus-terusan seperti ini dan membiarkan Loey tak mengenal tanggung jawabnya lagi sebagai pemilik usaha.
Bukannya Yoora tak mau membantu Loey ataupun Rosie. Tapi dia jadi kerepotan sendiri. Apalagi jika ada sesuatu yang bahkan belum Yoora pahami. Beruntung Sooyoung ada untuk membantu dan memandunya. Kalau tidak mungkin Yoora akan kelabakan sendiri.
Beberapa waktu lalu Yoora juga sudah berdiskusi dengan Rosie dan membahas soal ini. Tapi istri Loey meminta kakak iparnya untuk menggantikan posisi Loey sampai pria itu setidaknya ingat sedikit saja tentang siapa dirinya kini.
Tapi sepertinya waktu sudah lama berlalu pun, belum ada kabar bagus dari Rosie soal perkembangan memori Loey.
Wanita itu menghela nafasnya berat. Dia berpikir mungkin dia harus menghubungi Rosie lagi dan memintanya untuk membawa Loey kemari. Bagaimana pun, usaha ini murni milik pria itu.
Tanpa berpikir lebih lama dan membuang-buang waktu, Yoora langsung meraih ponselnya yang dia letakkan di dekat laptop. Dia mencari kontak adik iparnya dan langsung menekan tombol panggil.
🍁🍁🍁
Loey membanting kasar sebuah album foto besar yang tadi sempat dia lihat-lihat isinya. Banyak sekali foto-foto keluarga kecil Park itu. Mulai dari foto maternity shoot saat Rosie hamil besar hingga foto kelahiran Hana.
Foto-foto itu seharusnya menyentuh relung hatinya atau setidaknya dapat mendobrak ingatan Loey yang buntu. Tapi ternyata nihil. Sia-sia.
Loey tidak dapat mengingat hal itu. Semuanya hitam. Polos.
Pria itu berdecak kesal. Sudah berapa usaha dia lakukan untuk kembali memiliki semua memorinya yang hilang. Tapi tak satu pun yang mampu membuatnya tertolong.
Loey mengusap wajahnya frustrasi. Kesal, marah, kecewa jadi satu. Dia bangkit dari ranjang yang didudukinya kemudian berjalan dengan cepat keluar dari sana. Seseorang yang berpapasan dengannya hampir saja tertabrak namun beruntung keduanya sama-sama bisa mengerem.
"Ya! Berhati-hatilah kalau sedang berjalan Oppa!" Kata Rosie kesal.
Loey hanya terdiam sambil memandangi wajah istrinya beberapa detik. Kemudian membuka mulutnya lagi untuk menyahut. "Kau juga." Ujarnya singkat dan datar. Setelah itu dia melenggang begitu saja dari hadapan Rosie yang menunjukkan ekspresi kesal dan keheranan.
Semakin hari, Loey semakin memaksa Rosie untuk olah emosi. Semenjak kejadian salah paham dengan sang Ibu mertua, Loey malah semakin menciptakan jarak dan seringkali acuh pada istrinya sendiri.
Lucu sekali.
Padahal baru kemarin-kemarin pria itu berjanji ingin menjadi suami dan Ayah yang baik untuk Rosie dan Hana. Tapi lihatlah kelakuannya sekarang. Dia bahkan lebih sensitif daripada wanita hamil 3 bulan yang sedang mengidam.
Rosie menghela nafasnya berat. Ada rasa kesal yang memantik tiap kali menghadapi Loey dengan sikap acuhnya.
Langkahnya dia ayunkan untuk menyusul sang suami yang tadi menuruni tangga. Dan keluar menuju halaman samping.
Perlahan Rosie melambatkan langkahnya. Dan melihat punggung lebar suaminya yang tak terlihat sekukuh biasanya. Seolah ada banyak beban berat yang sedang dipikul di punggung dan pundak kanan kiri Loey.
KAMU SEDANG MEMBACA
(No) WAY BACK HOME 2 [END]
FanfictionSeason kedua dari cerita (No) Way Back Home! Disarankan untuk membaca Season 1 lebih dulu. And Don't forget to follow and vote, juseyo:) 🙏 (PS : DI CERITA INI KONFLIK AKAN LEBIH BANYAK) Perpisahan antara Loey dan Rosie terjadi begitu saja di tenga...