34. Become Frustrated

820 115 83
                                    

Tentang Loey yang kini mengidap amnesia, semua anggota keluarganya sudah tahu. Termasuk kakak dari pria itu sendiri. Dengan berat hati Rosie harus mengabarkan hal tersebut pada Yoora yang baru saja kembali ke Korea lagi dua hari lalu saat Loey masih belum sadar dari komanya. Kabar itu sukses membuat Yoora menangis melalui sambungan telepon sore tadi.

Rosie tahu ini bukan hanya berat baginya, tapi juga bagi orang-orang terdekat suaminya. Terutama saudara perempuan semata wayang Loey, Park Yoora.

Rosie tampak berdiri di depan cermin besar di dalam kamarnya. Beberapa saat dia memperhatikan bayangan dirinya yang terpantul di cermin. Matanya yang begitu sembab menarik perhatiannya. Berhari-hari dia menangis karena keadaan sulit ini. Tak jarang dia kurang tidur juga. Membuat wajahnya tampak semakin kacau.

Dia mengingat lagi tentang bagaimana suaminya tak mengenali dirinya dan putri mereka. Hanya nama seorang Son Seungwan yang diucapkan pria itu. Sesak sekali dada Rosie.

Rosie jadi bertanya-tanya sendiri. Sebenarnya seberapa dalam cinta Loey saat itu pada Wendy? Dan seberapa banyak pula sisa cinta itu hingga dia hanya mengingat wanita yang bahkan statusnya sudah menjadi 'mantan istri'.

Rosie menghela nafasnya berat. Berusaha tidak terbawa emosi yang membuatnya semakin terpuruk.
Mengingat dirinya kini tengah hamil dan akhir-akhir ini sering sekali merasa tertekan, Rosie meringis nyeri. Kasihan bayinya harus ikut menanggung rasa cemas dan stresnya.

"Sayang, kuat ya bersama Mommy. Mommy berjanji akan membuat Daddy ingat lagi dengan kita." Kata Rosie berbicara dengan calon bayinya.

Ting...

Tiba-tiba ponselnya berdering singkat tanda ada pesan masuk.

Segera dia meraih ponselnya yang dia letakkan di atas tempat tidur. Ternyata itu balasan dari Alice. Rosie sengaja mengirimkan pesan ke kakaknya walau sebenarnya gadis itu sedang ada dikamarnya yang notabenenya kamar Alice terletak tepat di sebelah kamar Rosie.

"Okay. Give me a few minutes."

Setelah itu, Rosie membuka pintu lemari dan meraih kardigan tipis berwarna biru yang tergantung di dalam lemari bajunya itu. Kemudian mengenakan pakaian itu untuk menutupi tubuhnya yang hanya berbalut kaos pendek dan celana tidur panjangnya.

Wanita itu keluar dari kamar dan menuruni tangga. Mencari-cari keberadaan sang Ibu yang tadi ada di ruang tengah bermain bersama Hana.

"Eomma?" Panggil Rosie karena tak menemukan keduanya di ruangan tersebut.

Tiba-tiba dari pintu yang menghubungkan ke halaman samping, Seorang bocah balita berlari ke arahnya sambil berteriak riang. "Mommyyy..." Itu Hana yang berlari kemudian menabrakkan dirinya memeluk kaki jenjang Rosie.

"Hello little princess." Rosie berjongkok dan memeluk tubuh mungil putrinya itu. Kemudian mendaratkan kecupan gemasnya di pipi Hana.

"Dimana Halmoni, sayang?" Tanya Rosie pada putrinya. Namun sedetik berlalu Ibunya itu muncul dari pintu yang sama bersama seorang pria tinggi dan berkumis tipis yang tak lain adalah Mark.

Ya, pria itu lagi. Seingat Rosie, Mark sudah kembali ke hotelnya saat dia tersadar setelah pingsan sore tadi.

"Hi Rosie?" Sapa Mark dengan cengiran lebarnya.

"Hello Mark... Kau–"

"Memang tidak boleh kalau aku berkunjung kemari lagi?" Belum sempat Rosie menyelesaikan kalimatnya, Mark sudah memotongnya lebih dulu.

"Tidak begitu. Tentu saja boleh." Sahut Rosie mendengus lirih sambil memutar bola matanya dengan malas.

Mark hanya terkekeh kecil melihat ekspresi Rosie yang terpancing kesal.

(No) WAY BACK HOME 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang