Seorang remaja laki-laki yang memiliki tahi lalat di dekat mata kanannya itu tengah mengemasi buku-buku pelajaran miliknya ke dalam sebuah kardus berwarna cokelat. Meja belajar yang tadinya penuh dengan berbagai macam alat tulis dan perlengkapan sekolah pun kini sudah terlihat kosong. Bukan hanya itu saja, tetapi pakaian yang semula disimpan di dalam lemari juga sudah berpindah tempat dan masuk ke dalam koper hitam milik lelaki itu.
Barang-barang Jia dan Jeya juga sudah tersimpan rapi di dalam kardus. Hasil gambaran mereka yang ditempel di dinding pun kini mulai dilepas satu-persatu oleh Jeno. Senyumnya mengembang ketika melihat sebuah gambar putri kerajaan yang sedang bermain di halaman istana. Jeno teringat bagaimana adik kecilnya begitu semangat mewarnai istana yang digambar olehnya saat itu, dan bagaimana adiknya terlihat sangat serius ketika menggambar karakter putri kerajaan favorit mereka.
Setelah memasukkan semua barang ke dalam kardus dan koper, Jeno pun terduduk sambil menghela napasnya lega. Ia menatap sekeliling ruangan cukup lama. Meskipun kamar ini memang bukan miliknya dan ia hanya tinggal beberapa bulan saja, tetapi rasanya begitu banyak momen yang telah terjadi di tempat ini. Mulai dari Jia dan Jeya yang sulit dibangunkan untuk pergi sekolah, mereka berdua yang asyik bermain dengan boneka, juga saat di mana Jeno membacakan dongeng sebelum tidur untuk kedua adik kecilnya itu. Semua kenangan teringat jelas, dan dengan memikirkannya saja sudah bisa membuat kedua ujung bibir Jeno menaik.
Tiba-tiba, seseorang membuka pintu kamar tanpa mengetuk terlebih dahulu. Jeno yang ada di dalam kamar pun langsung menengok ke arah pintu, kemudian bangkit dari duduknya ketika melihat bahwa ayahnya yang ada di balik pintu tersebut.
"Semua barangnya sudah dimasukkan ke koper dan kardus?" tanya Haris sambil menatap ke arah anak laki-lakinya itu.
Jeno yang masih terkejut dengan kedatangan ayahnya pun menjawab dengan gugup. "I-iya, sudah semua."
Haris mengangguk pelan. Ia melihat anak laki-lakinya mengambil dua buah kardus yang ditumpuk dan hendak berjalan ke luar ruangan. Namun, Haris malah mengambil kedua kardus itu dari tangan Jeno.
"Biar Papa bantu," ucapnya lalu berjalan ke luar ruangan.
Jeno yang masih ada di dalam kamar diam terpaku. Ia menatap punggung Haris yang berjalan menjauhinya, kemudian ia pun segera mengikuti langkah ayahnya itu sambil membawa koper hitam miliknya tadi.
Bukan apa-apa, hanya saja Jeno tidak terbiasa dengan sikap ayahnya yang seperti ini. Mungkin dia memang belum bisa beradaptasi sepenuhnya.
Sesampainya di ruang tamu, terlihat Om Darsa dan Tante Helena yang sedang mengobrol dengan Jia dan Jeya.
"Tante bakalan kangen sama kalian berdua. Nanti nggak ada yang harus Tante anter-jemput ke sekolah lagi, nggak ada yang minta Tante buat ikutan main sama boneka-boneka kalian, atau main kejar-kejaran supaya kalian mau mandi sore setiap harinya," ucap Helena sambil memeluk Jia dan Jeya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Classmate [Jeno] ✓
Фанфик[COMPLETED] Ada banyak hal yang tidak Sasa (Aresha Lynelle) ketahui tentang teman sekelasnya, Arkana Jeno. Entah mengapa lelaki yang memiliki tahi lalat di dekat mata kanannya itu memikat perhatian Sasa. Bukan karena wajahnya yang rupawan ataupun k...