#18. Ada Apa?

347 73 503
                                    

Hari ini Jeno tidak masuk sekolah lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Jeno tidak masuk sekolah lagi. Lelaki itu sama sekali tidak memberi kabar. Bahkan, Jaemin yang teman sebangkunya saja tidak tahu lelaki itu pergi ke mana. Aresha semakin bertanya-tanya apa alasan Jeno sampai tidak sekolah selama dua hari dan membuat perasaannya cemas seperti ini.

Tanpa disadari, sejak tadi Aresha tidak memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung. Pak Anton—guru Fisika—mengetuk meja milik Aresha dengan cukup keras, membuat gadis mungil itu terkejut dan sadar dari lamunannya.

"Aresha Lynelle, coba ulangi apa yang saya jelaskan tadi!" ujar Pak Anton dengan nada membentak. Gadis mungil itu langsung menoleh ke arah sumber suara, lalu beralih melihat teman sebangkunya; berharap diberi clue tentang apa yang tadi dijelaskan oleh guru fisikanya itu. Jujur saja, sejak awal jam pelajaran Aresha melamun karena memikirkan Jeno yang tidak masuk sekolah lagi hari ini. Gadis mungil itu sama sekali tidak tahu apa yang Pak Anton bicarakan.

Kyla menggeleng pelan, ia tidak berani untuk memberitahu teman sebangkunya itu karena daritadi Pak Anton menatap tajam ke arahnya, seolah berkata untuk tetap menutup mulutnya jika tidak ingin dibentak seperti Aresha. Kyla tahu, jika Bu Beti adalah guru perempuan ter-killer di SMA 3 Nusantara, maka Pak Anton adalah guru ter-killer versi laki-lakinya. Sungguh sial kelas mereka diajari oleh guru killer selama dua tahun berturut-turut.

"Kamu berani tidak menjawab pertanyaan saya?!" teriak Pak Anton sambil menatap tajam ke arah Aresha. Hal itu membuat ruang kelas 12 IPA 3 mendadak hening karena baru kali ini mereka melihat Pak Anton berteriak pada muridnya secara langsung. Aresha mengeluarkan keringat dingin, lalu mencoba menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru fisikanya itu.

"Ma-maaf Pak, tadi saya tidak memperhatikan," jawab Aresha gugup. Apalagi yang bisa ia katakan? Tidak mungkin jika ia mengarang materi yang dijelaskan oleh Pak Anton, itu malah akan memperburuk keadaan. Hal yang bisa ia lakukan adalah mengakui kesalahannya dan meminta maaf.

"Berdiri dan kerjakan soal yang ada di papan tulis sekarang! Kamu tidak boleh duduk sebelum menjawab soal itu dengan benar!" ucap Pak Anton sambil menunjuk ke arah papan tulis. Tentu saja beliau tidak terima dengan jawaban dari muridnya itu. Tidak memperhatikan katanya? Padahal dari awal masuk kelas beliau sudah menjelaskan materi panjang lebar.

Mau tidak mau, Aresha harus berdiri dan menuju ke depan kelas di mana papan tulis berada. Ia membaca soal yang sudah tertulis di papan itu dengan saksama dan berharap jika ada keajaiban sehingga dirinya dapat menjawab soal tersebut.

Medan magnetik di pusat solenoida? Apaan ini? Bentuk solenoida saja gue gak tau, batin Aresha.

Gadis mungil itu menengok ke belakang. Ia melihat ke arah teman sekelasnya, siapa tahu ada yang memberinya jawaban.

"Ngapain liat ke sini? Ayo cepat kerjakan!" ucap Pak Anton sambil melipat kedua tangannya. Aresha pun langsung kembali menatap ke soal yang ada di papan tulis karena saking takutnya. Oke, percobaannya meminta jawaban kepada teman sekelas sudah gagal.

My Classmate [Jeno] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang