#21. Pulang Malam

329 69 562
                                    

Jeno membuka pintu rumah milik omnya itu dengan perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno membuka pintu rumah milik omnya itu dengan perlahan. Ini sudah jam sembilan malam, biasanya semua orang yang ada di rumah ini sudah tertidur. Lampu yang biasanya menerangi ruang tamu juga dimatikan, membuat lelaki itu yakin tidak akan ada yang mengetahui bahwa dirinya pulang selarut ini.

Hal yang harus ia lakukan setelah melewati ruang tamu adalah melewati ruang keluarga, menaiki tangga dan baru ia dapat masuk ke kamarnya. Kakinya kini melangkah melewati ruang tamu dengan perlahan, agar tidak menghasilkan suara yang terlalu keras. Saat ia telah sampai di ruang keluarga, langkahnya mendadak terhenti. Matanya tertuju pada cahaya lampu yang berasal dari dapur. Ini tidak seperti biasanya, siapa yang masih bangun jam segini?

Jeno mengatur napasnya dan mencoba berjalan perlahan menuju tangga yang tidak jauh darinya, berharap orang yang sedang ada di dapur tidak menyadari kedatangan lelaki itu.

Salah satu kakinya sudah memijak anak tangga yang kepertama. Dia cukup lega karena berhasil melewati ruang keluarga tanpa sepengetahuan orang yang ada di dapur. Namun saat ia hendak melanjutkan langkahnya lagi, seseorang yang ada di dapur memanggil namanya dengan cukup keras.

"Jeno?" tanya seseorang dari arah dapur, membuat lelaki itu terkejut. Jeno menghela napas pelan, ia ketahuan pulang telat malam ini. Lelaki itu pun menuju ke sumber suara, melihat siapa yang baru saja memanggilnya.

"Eh, iya tante?" jawab Jeno gugup. Dilihat olehnya Helena—Tante Jeno—sedang membuat minuman hangat di dapur. Helena duduk di kursi meja makan sambil mengaduk gelasnya. Jeno mendekati tantenya itu dengan hati-hati. Ia berharap semoga tantenya ini tidak banyak bertanya mengenai dirinya yang pulang larut malam.

"Kamu kok baru pulang jam segini?" tanya Helena terheran. Baru saja ia berharap tidak ditanya hal itu, namun ternyata kenyataan langsung menolak harapannya. Jeno pun memikirkan alasan yang paling logis untuk menjawab pertanyaan tantenya itu.

"Namanya juga anak sekolah, Tan. Banyak kerkom, hehe," jawab Jeno sambil menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.

Bohong. Tentu saja bukan itu alasan Jeno pulang larut malam. Kerja kelompok katanya? Padahal siswa kelas 12 sudah tidak banyak dibebani dengan tugas kelompok dan disuruh fokus pada ujian yang akan datang nanti.

Helena mengangguk pelan, ia tidak curiga sedikit pun karena Jeno adalah anak yang dapat dipercaya. Setelah itu, Helena berkata, "Sebelum kamu ke kamar, boleh tante minta waktunya sebentar? Ada yang mau tante omongin."

Jeno terdiam sejenak. Sebenarnya hari ini dia sudah sangat lelah, niatnya setelah ini ia ingin segera mandi dan pergi tidur saja. Namun, dia juga tidak mungkin menolak ajakan dari tantenya itu.

"Boleh, Tante. Ngomongin apa?" tanya Jeno sambil tersenyum paksa.

Helena menyuruh Jeno untuk duduk di kursi meja makan dan lelaki itu pun langsung menurutinya. Ia menunggu apa yang akan tantenya itu bicarakan. Sementara Helena, ia menyisip teh yang tadi ia buat terlebih dahulu sebelum berbicara dengan keponakannya itu.

My Classmate [Jeno] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang