#50. Memilih atau Memang Tidak Ada Pilihan?

72 13 27
                                    

Satu hari sebelum prom night, Jeno bersama dengan teman-temannya berkumpul di rumah Jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu hari sebelum prom night, Jeno bersama dengan teman-temannya berkumpul di rumah Jaemin. Niat awal mereka adalah untuk mencoba setelan jas yang akan mereka gunakan esok hari. Namun, bukannya memakai baju pilihan mereka dan saling mengomentari penampilan masing-masing, kelima anak lelaki itu malah bermain game mobil balap kesukaan mereka yang sedang hit saat ini.

Namanya juga anak laki-laki, memakai pakaian dan gaya rambut seperti apa juga tidak terlalu mereka pikirkan. Jika sudah berkaca di depan cermin, pasti terlihat oke-oke saja; menurut mereka sendiri.

"Woi Candra! Jangan curang, dong! Lo curi start duluan!" keluh Arjuna pada rekan di sebelahnya, yang kini malah terkekeh pelan.

"Bukan curang, itu namanya cerdas. Harusnya lo juga bisa start duluan kaya gue," balas Candra sambil menaikkan sebelah ujung bibirnya.

Untuk sesaat Arjuna menatap Candra kesal, kemudian ia kembali menatap layar TV dan fokus pada permainannya. 

"Awas aja lo, gue gak bakalan kalah," ucap Arjuna sambil menggunakan NOS pada mobil balapnya untuk menyusul mobil milik Candra.

Sampai pada tikungan tajam, Arjuna ingin menyusul mobil Candra, tetapi ia gagal melakukan drift dan berakhir tertinggal cukup jauh lagi.

"Hahaha, lo ga bisa ngalahin drift gue. Gue rajanya kalo lo lupa," balas Candra mengejek.

"Diem lo, ini belum selesai!" ungkap Arjuna tidak mau kalah.

Mereka pun melanjutkan permainan mereka dengan adu kecepatan pada mobil masing-masing di dalam game, dan juga adu mulut di kehidupan nyata. Tara yang mendengar mereka hanya menggelengkan kepalanya, sesekali mendukung Arjuna untuk menyalip mobil Candra.

Sementara itu, Jeno yang tidak terlalu tertarik dengan game mobil balap juga melihat ke layar TV, tetapi pikirannya jauh memikirkan hal lain; tentang apa yang ia bicarakan dengan sang papa kemarin. Keputusan untuk kedepannya ... apa yang akan ia pilih?

"Ssttt, hei!" bisik Jaemin pada Jeno. Lelaki yang memiliki tahi lalat di dekat mata kanannya itu menoleh ke sumber suara, kemudian memasang wajah penuh tanya.

"Kenapa lo ngelamun, dah? Kepikiran rencana lo besok, ya?" tanya Jaemin sambil mengernyitkan dahinya, terheran.

Jeno tersenyum singkat sambil menggeleng. "Nggak, kok."

"Halah, nggak usah pura-pura gitu. Gue tau kok, lo pasti mikirin sesuatu. Kalau itu soal rencana lo besok, gue yakin lo bakalan berhasil. Tenang aja," balas Jaemin sambil menepuk pelan pundak sahabatnya itu. 

Jeno terdiam sesaat, kemudian ia bergumam, "Rencana besok, ya? Gue nggak sepercaya diri lo, Na."

Jaemin kembali mengernyitkan dahinya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Jeno. Meskipun suara lelaki itu kecil dan nyaris tidak terdengar, tetapi Jaemin masih mengerti inti dari ucapan sahabatnya itu. 

My Classmate [Jeno] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang