"Kak Jeno, papa ada di mana?"
Jeno yang tengah serius membaca buku pelajaran itu langsung menghentikan kegiatannya setelah mendengar pertanyaan dari Jia. Lelaki itu menoleh ke arah Jia yang kini berdiri di hadapannya. Ia menutup buku yang ia baca, menyimpannya di meja lalu menatap mata adiknya itu lamat-lamat. Dilihat olehnya Jia sedang memeluk boneka yang waktu itu Jeno beli dari taman bermain. Gadis kecil itu memasang wajah penuh tanya, sepertinya Jia amat penasaran dengan jawaban apa yang akan lelaki itu katakan.
Namun, Jeno belum mau menjawab pertanyaan Jia. Ia terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh adiknya itu. Selama ini mereka tidak pernah membicarakan tentang lelaki yang disebutnya sebagai papa. Bahkan, sepertinya kata 'papa' sudah disimpan sebagai kata terlarang yang tidak boleh diucapkan oleh keluarga inti mereka. Kini kepalanya berpikir keras memikirkan alasan apa yang menyebabkan adik kecilnya ini tiba-tiba bertanya tentang hal itu padanya.
"Papa di mana?" tanya Jia untuk yang kedua kalinya, membuat Jeno tersadar bahwa sedari tadi ia belum mengucapkan sepatah kata pun untuk menjawab pertanyaan adiknya itu.
"Kenapa tiba-tiba nanya itu, sayang?" Jeno balik bertanya pada Jia, berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.
Tiba-tiba, Jeya yang tadinya asyik bermain dengan bonekanya kini ikut menghampiri ke arah sofa yang diduduki oleh Jeno dan berkata, "Jeya tau! Waktu itu Jia sama Jeya ngeliat Safira dijemput sama papanya. Terus Safira bilang katanya hari Minggu ini keluarganya mau pergi ke kebun binatang."
Jeno menganggukkan kepalanya setelah mendengar perkataan Jeya. Safira yang disebutkan oleh Jeya tadi adalah teman dekat Jia dan Jeya di sekolah. Lelaki itu sudah hafal karena kedua adiknya ini sering bercerita tentang kegiatan mereka di sekolah.
Apakah Jia bertanya hal itu pada Jeno karena melihat Safira dijemput oleh papanya? Atau karena ia ingin pergi ke kebun binatang juga? Jeno masih berpikir, sementara Jia mendekati kakak laki-lakinya itu kemudian berkata, "Jia juga mau ke kebun binatang sama papa."
Jia mengerucutkan bibirnya, lalu melempar asal boneka yang tadinya ia peluk sebagai bentuk kekecewaannya. Hal itu membuat Jeno teringat perkataan tantenya, yang mana tantenya bilang bahwa Jia dan Jeya membutuhkan kasih sayang dari orang tua. Cepat atau lambat, mereka juga akan bertanya mengenai hal ini dan Jeno tidak mungkin untuk terus-menerus menghindarinya. Sekeras apa pun Jeno berusaha, dirinya tidak akan bisa menggantikan peran orang tua untuk Jia dan Jeya. Jeno tahu itu.
Tanpa mengucapkan sepatah kata, kini Jeno menepuk-nepuk bagian sofa yang ada di sebelahnya, dengan maksud menyuruh kedua adiknya itu untuk duduk di sana. Jia dan Jeya pun duduk di sebelah Jeno, Jia di sebelah kanan dan Jeya di sebelah kiri lelaki itu. Jeno merangkul kedua adiknya itu kemudian mengelus-elus pucuk kepala mereka.
"Jeya kangen sama mama, tapi Jeya udah gak bisa ketemu lagi. Sekarang Jeya juga kangen sama papa. Apa Jeya gak bisa ketemu papa juga?" keluh Jeya sambil mengeratkan pelukannya pada Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Classmate [Jeno] ✓
Fanfiction[COMPLETED] Ada banyak hal yang tidak Sasa (Aresha Lynelle) ketahui tentang teman sekelasnya, Arkana Jeno. Entah mengapa lelaki yang memiliki tahi lalat di dekat mata kanannya itu memikat perhatian Sasa. Bukan karena wajahnya yang rupawan ataupun k...