#54. Jawaban Aresha

186 15 25
                                    

Semenjak hari itu, Aresha belum bertemu dan berbincang lagi dengan Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semenjak hari itu, Aresha belum bertemu dan berbincang lagi dengan Jeno. Entah kenapa, dia masih merasa kecewa. Sebenarnya dia tahu bahwa ini bukan salah Jeno, tetapi ini karena ekspetasinya saja yang melebihi realita. Harapannya terlalu tinggi, sehingga saat kenyataan tidak sebanding dengan apa yang diinginkan maka kekecewaan itu akan muncul di hatinya.

Selama 2 tahun Aresha memendam rasa, dia tahu dan sadar bahwa dari awal Jeno memang tidak tertarik untuk berpacaran. Gadis mungil itu pikir menjadi sahabat Jeno saja sudah lebih dari cukup. Namun, yang namanya perasaan tidak bisa dibohongi. Selama ini mereka dekat, sering melakukan berbagai macam hal bersama, dan kadang Jeno juga memberikan perlakuan spesial pada dirinya. Siapa yang tidak akan berharap lebih jika sudah seperti ini?

Jujur, gadis mungil itu amat senang ketika mendengar bahwa Jeno juga memiliki perasaan yang sama dengan dirinya. Satu hal yang membuatnya bingung adalah karena lelaki itu terkesan seperti menggantung hubungan mereka. Bukan pacaran, bukan pula teman biasa. Lalu apa? Aresha hanya diberi pilihan untuk menunggu hingga lelaki itu siap, yang sebenarnya entah kapan kepastiannya.

Ketika Aresha menceritakan hal ini pada Kyla dan Ziva, kedua sahabatnya itu langsung memberikan saran. Kyla sudah melihat kisah percintaan Aresha sejak dulu hingga sekarang. Ia pikir hubungan antara sahabatnya itu akan ada kemajuan, tapi ternyata tidak. Jeno malah mengecewakan sahabat baiknya itu, membuat Kyla tidak sanggup melihat Aresha seperti ini terus. Ia menyarankan Aresha untuk berhenti. Apa yang mau diperjuangkan lagi, katanya.

Sementara Ziva, dia menyarankan Aresha untuk berpikir matang-matang. Jeno sudah memberitahu apa alasannya sehingga dia menggantung hubungan mereka. Itu juga bukan alasan yang dibuat-buat, tetapi memang benar keadaannya demikian. Keputusan untuk kedepannya ada di Aresha, apakah gadis mungil itu menerima alasan Jeno dan mau menunggu ataukah sudah cukup sampai di sini. Ziva mengingatkan, lelaki itu adalah Arkana Jeno. Dia yakin Aresha lebih memahami lelaki itu ketimbang dirinya dan teman-temannya yang lain. Jika mereka memiliki perasaan yang sama, kenapa juga tidak mencoba untuk diperjuangkan? Katanya.

"No, untuk saat ini gue ga sepemikiran sama elo, Ziv," imbuh Kyla sambil menyilangkan kedua tangannya sebagai simbol ketidaksetujuannya.

"Ya nggak pa-pa. Tiap orang punya pendapatnya masing-masing," balas Ziva.

Aresha memegang pelipisnya, gadis mungil itu kebingungan. "Kalian punya saran yang sangat bertolak belakang, ya."

Kyla dan Ziva sama-sama menatap ke arah Aresha yang kini terlihat murung. Bukan hanya hari ini, tetapi sudah beberapa hari kebelakang gadis mungil itu tidak bersikap seperti biasanya. Seringkali Kyla melihat Aresha yang sedang menyendiri sambil melihat pemandangan. Sementara itu, Ziva juga sering mendapati Aresha yang melamun di tengah-tengah perbincangan mereka. Mereka berdua khawatir dengan Aresha dan tidak tega jika sahabatnya itu terus-menerus seperti ini.

"Sa, gue mau nanya sama lo nih ya ...," ujar Ziva dengan lembut.

"Iya? Nanya apa?" ucap gadis mungil itu, penasaran.

My Classmate [Jeno] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang