#29. Obrolan Malam

215 48 491
                                    

Sebuah keranjang belanja berisi bahan-bahan untuk membuat kue itu diletakkan di atas meja oleh Aresha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah keranjang belanja berisi bahan-bahan untuk membuat kue itu diletakkan di atas meja oleh Aresha. Saat ini dia baru saja pulang dari supermarket bersama mamanya. Setelah menaruh bahan belanjaan, gadis mungil itu mengambil satu buah kantung teh, menaruhnya di dalam air panas dan tak lupa menyiapkan dua gelas untuk dirinya sendiri dan sang mama. Biasanya ketika lelah ia akan meminum sesuatu yang segar-segar, tetapi dengan keadaan malam hari yang dingin seperti ini membuat dia berpikir lebih baik jika meminum sesuatu yang hangat-hangat saja.

Setelah teh hangat tersebut jadi, Aresha langsung membawanya ke ruang tamu, tempat mamanya berada.  Melanie—mamanya Aresha—tengah duduk menyender di sofa karena kelelahan berbelanja.

"Minum dulu, Ma," ucap Aresha sambil menaruh teh hangat di depan mamanya.

"Makasih, sayang." Melanie tersenyum lalu mengambil gelas yang dibawa oleh anaknya tadi, kemudian menyeruput teh tersebut.

Aresha duduk di sebelah mamanya sambil meminum teh hangat juga. Gadis mungil itu melirik ke arah mamanya. Ia melihat mamanya yang tengah serius menatap televisi di depannya yang menyala, memperlihatkan salah satu film yang biasanya sang mama tonton.

Sejak tadi Aresha ingin bertanya apakah mamanya mau membantu Jeno atau tidak, tapi waktunya selalu tidak tepat. Ia berniat bertanya di jalan saat mau ke supermarket, tapi mamanya sedang sibuk menyetir. Saat di supermarket ia malah lupa untuk bertanya karena ia terlalu asyik memilih bahan-bahan untuk membuat kue. Hingga saat ini, dia belum menemukan waktu yang tepat untuk bertanya pada mamanya.

Tanpa disadari oleh Aresha, sebenarnya sejak tadi Melanie tahu bahwa anak perempuannya itu melirik ke arahnya beberapa kali, seolah ada sesuatu yang ingin ia katakan tetapi akhirnya selalu ia urungkan.

"Kenapa, Sa? Ada yang ingin kamu omongin?" tanya Melanie agak terheran.

Aresha menoleh, bagaimana bisa mamanya tahu bahwa ia ingin mengatakan sesuatu?

Kemudian, gadis mungil itu memamerkan gigi putihnya sambil terkekeh. "Iya, Ma. Tahu aja, hehe."

"Mau ngomongin apa? Dari tadi kayak yang gelisah gitu. Ayo bilang aja," ucap Melanie pada anaknya.

Aresha menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal, kemudian dia berkata, "Em, itu ... Mama tahu Jeno, 'kan?"

Melanie mengernyit, berusaha mengingat seseorang yang namanya baru saja disebut oleh Aresha. "Teman sekelas kamu, 'kan? Yang suka ke sini bertiga sama yang lain? Kalau gak salah dia ranking 1 seangkatan dan sering ngajarin materi ke orang lain?" ucap Melanie sambil mengucapkan satu per satu hal yang dia ingat.

"Nah! Iya, Ma! Bener!" respons Aresha kegirangan karena mamanya mengingat tentang Jeno. Walaupun sebenarnya wajar karena Jeno dan yang lain memang cukup sering belajar bersama di rumah Aresha sejak kelas 11.

"Memangnya ada apa sama dia? Jangan-jangan ... kamu suka, ya?" goda Melanie pada anak perempuannya, membuat pipi Aresha bersemu merah. Bagaimana bisa mamanya tahu juga tentang hal itu?

My Classmate [Jeno] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang