TDA - Lima

3K 200 1
                                    

Happy reading :)

😈😈😈

Dalam permainan ini, rumusnya adalah Laras yang harus memegang kendali jika tidak ingin kalah. Salah satu cara membuat Nathan kalah adalah merecoki lelaki itu dengan kebawelan dan tingkah kekanak-kanakan. Dengan cara seperti itu pasti Nathan akan semakin risih dan jengah lalu memutuskan untuk berhenti duluan.

Oleh karena itu, di hari Minggu yang sebenarnya tidak cerah-cerah amat karena langit digelayuti awan mendung, Laras memaksa Nathan untuk menemaninya ke mall. Awalnya lelaki itu menolak, tapi karena keras kepala, jadilah Laras berhasil.

"Ngapain pakai masker sama topi kayak gitu sih?" Laras bertanya dengan nada jengkel tanpa ditutup-tutupi. "Malu banget jalan sama gue?"

Nathan hanya melirik sekilas sebelum kembali menatap lurus ke depan.

"Abang!"

"Apa sih?!"

"Buka ih, maskernya!"

"Nggak!"

"Gue tuh cantik banget untuk bisa dipamerin ke semua orang. Lo nggak perlu segitunya sampai harus pakai masker segala."

Nathan merendahkan tubuhnya supaya bisa sejajar dengan tinggi Laras. Matanya menatap tepat di kedua bola mata Laras.

"Suka-suka gue, Cil."

Nathan kembali berjalan sementara Laras menghentakkan kakinya dengan kesal. Pekikan kesakitan seketika terdengar saat dengan bodohnya gadis itu melupakan fakta bahwa kakinya belum sembuh total.

"Nath ...."

"Apa lagi?" tanya Nathan malas.

"Gandeng."

Nathan memutar bola mata malas. Mau tak mau ia kembali berjalan menghampiri Laras yang masih tertinggal di belakang dan meraup tangan gadis itu yang terentang ke depan.

Laras memberikan cengiran polos saat Nathan menoleh ke arahnya. Ah, rasanya menyenangkan sekali membuat Nathan kesal, karena definisi bahagia untuk Laras saat ini adalah melihat kekesalan pada raut datar di wajah Nathan. Simpel, bukan?

"Mau beli apa? Ini dari ujung ke ujung dan lo belum masuk satu toko pun."

"Abang capek, ya?" Tanpa bertanya sebenarnya Laras sudah tahu. "Hehe," lanjutnya terkekeh tanpa dosa.

"Cil ...."

Sudah. Tamat sudah. Pokoknya kalau sampai Nathan sudah berkata 'Cil' dengan nada seperti itu Laras harus segera menyudahi tingkah menyebalkannya. Bukan takut, tapi tatapan Nathan yang disertai senyum misterius itu membuat bulu kuduk Laras meremang. Rasanya seperti kalian ketika menonton film horor. Bukan takut karena hantunya akan menampakkan diri, melainkan karena musiknya yang terlalu mendramatisir.

Setelah mengatakan ingin membeli sepatu, mereka berdua memasuki salah satu store yang sudah keduanya lewati tadi. Nathan? Tentu saja lelaki itu melayangkan tatapan seolah-olah hendak melahap Laras hidup-hidup karena harus putar arah kembali.

"Mau cari sepatu seperti apa, Kak?" tanya karyawati di toko itu dengan ramah. Meski begitu, Laras merasa karyawati itu hanya melihat pada Nathan dan menganggap dirinya tak kasat mata. Sialan!

"Sepatu couple!"

"Mari, Kak, sebelah sini."

Laras dan Nathan membuntuti karyawati tadi dengan patuh. Rak bertingkat yang menampilkan beberapa model sepatu membuat mata Laras kalap. Ingin rasanya membeli semua model, tapi Maminya pasti akan ngomel selama tujuh hari tujuh malam.

The Devil's Angel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang