TDA - Empat Puluh Delapan

1.7K 176 24
                                    

Happy reading :)

😈😈😈

Lando segera melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit. Nathan sudah sepenuhnya tak sadarkan diri. Sepanjang perjalanan itu, isak tangis Laras tak ada hentinya terdengar. Kepiluan bisa dirasakan oleh Lando dari suara tangisan tersebut. Lando sendiri pun sebenarnya cemas dan khawatir, tapi sebisa mungkin ia mengontrol supaya tidak menambah panik Laras.

Saat kendaraan roda empat itu berhenti, Lando segera beranjak turun dan berteriak memanggil perawat. Nathan dipindahkan ke atas ranjang dorong untuk segera dilarikan ke ruang UGD.

"Laras?"

"Alex!" seru Laras.

Alex melangkah ke arah Laras dan membelalak saat melihat sosok Nathan yang tak sadarkan diri dengan kondisi penuh luka.

"Alex, tolong ...."

Alex meraih tangan Laras yang bersimbah darah. Menahan tubuh Laras supaya tidak terperosok jatuh ke lantai rumah sakit.

"Tolongin aku, Lex. Tolong selamatin suami aku."

"Kamu tenang dulu. Aku pasti akan ngelakuin tugas aku tanpa kamu suruh."

"Tolong, Lex," mohon Laras untuk yang kesekian kalinya.

Mendekat ke arah Nathan, Alex memeriksa kondisi Nathan sekilas lalu setelahnya menitahkan para perawat untuk segera membawa pasien ke ruang operasi. Luka yang didapat oleh Nathan sepertinya cukup serius sehingga perlu dilakukan tindakan operasi. Terlihat juga dari pendarahan yang dialami.

"Kamu urus administrasinya dulu. Pasien butuh persetujuan dari pihak keluarga sebelum dioperasi," ujar Alex yang dibalas anggukan cepat Laras.

"Biar saya yang urus, Mbak," sahut Lando. "Mbak Laras tunggu di depan ruang operasi aja."

Laras menurut. Ia menggiring Nathan untuk dibawa ke ruang operasi. Mata Laras menatap nanar Nathan. Dadanya sesak luar biasa. Perutnya pun terasa nyeri karena sedari tadi tendangan dari dalam tak ada hentinya.

Laras membungkuk di samping kepala Nathan. Jari-jemarinya mengusap rambut Nathan lembut seraya bibirnya membisikkan beberapa patah kata. "Abang kuat, ya? Abang harus balik lagi. Abang mau ketemu sama jagoan kita, 'kan? Abang ...." Kalimat itu terhenti begitu saja. Sakit luar biasa terasa di pangkal tenggorokan Laras. Rasanya seperti dipaksa menelan biji durian.

"Abang udah janji gak bakalan ninggalin aku," sambung Laras seraya terisak hebat. Napasnya tak beraturan lantaran menangis tanpa henti.

"Ras," tegur Alex saat mereka sudah berada di ambang pintu operasi.

"Alex, aku mohon lupain dulu segala rasa benci kamu sama aku. Lupain permasalahan yang ada di antara kamu dan Nathan. Aku ... aku minta tolong selamatin dia. Ada calon anak aku yang pengen lihat ayahnya sampai dia keluar dari rahim aku. Please ...."

"I'll do my best," kata Alex sebelum akhirnya meninggalkan Laras seorang diri di lorong sunyi itu.

😈😈😈

"Makan dulu, Mbak."

Laras mendongak, menatap sekilas Lando sebelum melengos. Mana mungkin dalam situasi sekarang Laras bisa memasukkan makanan ke mulutnya? Belum sampai tertelan, yang ada makanan itu berakhir menyangkut di tenggorokannya saja.

"Bos Nathan gak bakalan suka kalau liat Mbak Laras begini."

"Operasinya belum selesai! Udah lebih dari lima jam, tapi belum ada kabar apa pun. Sekarang bilang ke gue gimana caranya gue bisa makan?!"

The Devil's Angel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang