TDA - Tiga Puluh

1.9K 161 6
                                    

Happy reading :)

😈😈😈

Setelah izin beberapa hari, akhirnya Laras sudah bisa kembali bekerja. Rutinitas ini tentu sangat membantu Laras agar bisa sedikit mengalihkan pikirannya tentang Nathan. Setidaknya, selama berada di rumah sakit, Laras bisa bercengkrama dengan sesama rekan kerjanya dan tentu dengan para pasiennya.

"Hei, Bumil. Gimana kandungan lo?" tanya Dina, salah satu temannya yang menjadi dokter spesialis kandungan.

"Baik."

"Masih sering morning sickness?"

Laras menggeleng. "Udah enggak. Waktu awal-awal itu doang, sih, kalau gue."

Dina mengangguk-angguk. "Minggu depan, lo bisa cek kalau mau tahu jenis kelamin calon anak lo."

"Minggu depan, ya?" Laras menerawang. Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat hingga usia kehamilannya semakin memasuki akhir trimester pertama.

"Suka ngidam aneh-aneh nggak lo?"

"Pengen makan seblak termasuk ke dalam kategori aneh-aneh nggak menurut lo?"

"Enggak, lah!" sahut Dina mantap. Keduanya sedang berada di ruang jaga. "Gue malah pernah nemuin orang yang ngidam sarapan di Paris, lunch di Turki, dinner di Singapura. Mampus nggak, tuh?"

"Ada yang kayak gitu?" tanya Laras takjub. Sedikit tidak percaya, sih, karena mana ada orang ngidam sampai sebegitunya?

"Serius, Ras! Untung tajir mampus suaminya."

"Dan suaminya nurutin?" tanya Laras semakin tak percaya saja.

"Dijabanin! Gak mau kali, ya, kalau keturunannya nanti bakalan ileran, haha ... " Dina melipat jas dokternya. "Suami lo gimana? Tipe-tipe yang makin over protective nggak selama lo hamil?"

Apa? Over protective? Over dangerous, sih, percaya.

"Biasa aja, sih. Lempeng gitu dia."

"Gue masih penasaran kenapa lo gak lanjut sama Alex dulu."

Laras mengibaskan tangan. "Masa lalu, Din. Gak usah dibahas lagi."

"Serius, Ras. Lo gak lihat gimana Alex setelah lo patahin hatinya? Dia kayak sadboy yang gagal move on."

"Alex pasti bisa nemu orang yang lebih baik dari gue. Gue belum sempat minta maaf sama dia. Susah banget diajak ngobrol."

Dina beranjak berdiri. Lengannya merangkul bahu Laras. "Kasih dia waktu," ujarnya. "Mau pulang bareng gue?"

"No, thanks, Din."

"Dijemput laki lo ya?" tanya Dina menggoda. "Gue akuin, sih, kalau suami lo itu seksi abis."

"Dina!" tegur Laras saat melihat ekspresi mesum Dina. Keduanya lantas berjalan beriringan keluar dari ruang jaga untuk segera pulang.

Laras melambaikan tangan pada Dina yang berjalan ke arah parkiran. Setelah melihat mobil temannya sudah melaju, ia segera menyusul untuk berdiri di depan rumah sakit menunggu taksi. Soal perkataan Dina tentang suaminya yang akan menjemput tadi tentu bukan fakta. Terbukti sekarang Laras tidak akan berdiri menunggu taksi jika Nathan datang untuk menjemputnya.

Tiba-tiba Laras berpikir untuk mengunjungi orang tuanya. Ia pikir tidak masalah. Oleh karena itu, Laras mengirim pesan pada Nathan dan mengatakan bahwa ia mampir ke rumah orang tuanya.

😈😈😈

"Laras?!"

"Mami ... " Laras segera memeluk tubuh Maminya yang berdiri di ambang pintu. "Laras kangen sama Mami."

The Devil's Angel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang