TDA - Empat Puluh Sembilan

1.7K 154 27
                                    

Karena ini Minggu dan aku libur dari segala rutinitas yg padat, makanya aku bisa update.

Happy reading :)

😈😈😈

Pantulan dari cermin menampakkan sosok Nathan yang melihat dirinya sendiri dengan tatap mata datar. Sekali lihat memang tidak ada yang berubah. Wajah, bentuk, ukuran tubuhnya masih sama semua seperti sebelum terjadi kecelakaan. Namun, tak seorang pun yang tahu bahwa dalam dirinya sudah tak lagi sama.

Saraf sensorik yang langsung terhubung ke otaknya sudah tak berfungsi. Hal itu menyebabkan Nathan tidak bisa merasakan sentuhan sesensitif apa pun pada tangannya.

Nathan mengangkat kedua telapak tangannya, memandang lama di sana sampai tak sadar akan ketukan di pintu yang bertubi.

"Abang! Aku masuk, ya?"

Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka. Laras masuk dengan kerutan di keningnya.

"Kamu gak apa-apa, 'kan? Ada luka yang masih sakit?"

"Ada apa?" tanya Nathan sambil berlalu keluar kamar mandi.

"Aku khawatir. Takut kamu kesulitan mandi, tapi semua aman, 'kan?"

"Hm."

"Untuk sementara kamu pakainya kemeja dulu, ya? Terlalu riskan kalau harus copot-copot kaos lewat kepala," ujar Laras. Di tangannya sudah ada kemeja berwarna navy. Sengaja ia pilih untuk dikenakan Nathan.

Nathan menatap Laras yang menunduk ke arahnya. Mata keduanya saling beradu setelah Laras selesai mengancingkan kemeja pada tubuh Nathan. Detak jantung pun menjadi tak beraturan meski ini bukan kali pertama bagi mereka saling tatap dalam jarak sedekat ini.

"You look so gorgeous."

"Halah, gombal!" Laras terkekeh sebelum menarik diri dan menegakkan tubuh. "Aku ke dapur dulu."

Setelah sekian menit, Nathan memutuskan untuk beranjak juga. Lelaki yang masih dalam masa pemulihan itu melangkah menuju ruangan tempat biasa ia bekerja. Ada sebuah lemari menyerupai tembok yang mana lemari itu menjadi tempat persembunyian seluruh koleksi senjatanya.

Setelah membuka lemari itu dengan susah payah, Nathan menatap lama pada jejeran jenis senjata api yang tersusun rapi. Tidak ada yang mengetahui semua ini kecuali dirinya sendiri. Bahkan Ocha sekali pun. Nathan selama ini berhasil menyimpan rapat semua ini sendirian. Pengecualian untuk Laras karena setelah menjadi suami dari calon ibu anaknya itu, Nathan sedikit demi sedikit mulai membuka diri dan membagi rahasianya kepada Laras.

"Sial!"

Pistol yang baru saja coba diambil Nathan langsung jatuh menghempas lantai. Untuk memegang pistol saja ia tidak bisa, lalu harus bagaimana cara menghabisi musuh-musuhnya nanti?

Nathan mencoba lagi. Berulang kali dan dilakukan secara terus-menerus. Hitung-hitung juga ia latihan. Membiasakan tangannya yang cedera parah--atau bisa dibilang lumpuh temporer--supaya terbiasa.

"Argh, bangsat!"

😈😈😈

Kerutan di kening Laras muncul begitu saja saat ia melihat Lando yang memasuki rumah tanpa ucapan salam. Lebih-lebih lelaki itu tampak terburu-buru seolah mengejar sesuatu.

"Mbak, aku tinggal bentar, ya?" ujar Laras kepada ART. Laras hanya ingin memastikan ada gerangan apa sampai-sampai Lando datang tergesa-gesa seperti tadi.

The Devil's Angel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang