Epilog

3.4K 172 153
                                    

Happy reading :)

😈😈😈

Selepas mobil yang membawa Laras melesat pergi, Nathan bergegas mengumpulkan timnya. Langkah kakinya membawa Nathan ke ruang kerjanya. Di sana Nathan mulai mencari titik lokasi keberadaan Laras. Tangannya meraih pena, lalu menggambar jalur yang dilewati titik merah di layar tabletnya.

Begitu fokus, Nathan mengumpat keras saat tangannya mendadak tremor. Dibukanya laci dengan kasar kemudian mengambil botol yang berisi puluhan butir pil. Tanpa dorongan air, Nathan menenggak pil tersebut. Bahkan pahitnya obat sudah tak lagi dirasa.

Ketika titik merah itu berhenti dan menunjukkan sebuah lokasi, Nathan mengambil salah satu koleksi senjatanya yang ia simpan rapat-rapat tanpa satu orang pun tahu. Termasuk dari Laras. Istrinya itu tidak mengetahui apa-apa terkait koleksi senjatanya ini. Bisa pingsan gadis itu saat melihat puluhan senjata berapi ini.

"Kamu sabar sebentar lagi, ya? Aku pasti akan selamatin kalian dari tangan mereka. Meski nyawaku sendiri taruhannya, aku bersumpah gak akan biarin apa pun terjadi sama kalian."

Nathan meletakkan kembali potret Laras yang sedang tersenyum. Menatap lama sosok dalam frame tersebut. Gadis yang dengan magisnya bisa meruntuhkan pertahanan hati Nathan selama ini. Aneh sekali jika seorang Nathan bisa jatuh hati kepada sahabat adiknya. Lebih hebat lagi saat dihadapkan pada fakta bahwa usia mereka terpaut hampir sepuluh tahun. Bayangkan saja! Sepuluh tahun tentu bukan gap yang sedikit. Belum lagi perbedaan karakter keduanya yang bagaikan siang dan malam. Astaga, bagaimana caranya takdir menyatukan mereka yang terdengar mustahil untuk bersama?

Tak lama kemudian, semua sudah berkumpul. Nathan menjelaskan kronologis Laras sampai bisa tersandera. Ia mewanti-wanti seluruh timnya untuk berhati-hati karena yang mereka hadapi kali ini adalah rival yang selalu merusuh kasus-kasus yang ditangani tim mereka. Sosok ini pula yang telah menewaskan satu anggota mereka.

"Usahakan jangan sampai Laras terluka. Apa pun gerak-gerik kalian, gue harap itu gak membahayakan Laras. Kalian ngerti?"

"Mengerti, Kapten!"

"Good! Persiapkan senjata kalian masing-masing untuk berjaga-jaga. Remember, jangan membunuh orang yang tidak bersalah. Pengecualian dalam keadaan mendesak dan memang orang itu mengancam keberhasilan eksekusi ini."

"Siap!"

Selanjutnya mereka keluar satu per satu. Nathan memanggil Lando sebelum lelaki itu berhasil menyusul yang lain.

"Ada apa?"

Nathan menatap dalam Lando. "Lo tahu kondisi gue sekarang kayak gimana. Kemungkinan buruk bisa aja terjadi. Ngalahin Sena mungkin akan jadi mudah kalau gue belum cedera dan lumpuh kayak sekarang, jadi Lan ...." Nathan menarik sesuatu dari mejanya.

"Apa ini?" tanya Lando bingung saat sebuah map tersodor ke hadapannya.

"Itu semua berkas-berkas gue. Ada surat pengalihan semua aset kepemilikan gue. Ada juga surat rumah ini dan rumah lama. Di situ juga ada ... ada surat cerai gue."

"Apa?"

"Gue gak tahu apa yang akan terjadi setelah ini, tapi gue udah siapin semua itu kalau terjadi sesuatu sama gue. Lo tahu sendiri profesi kita itu selalu nyawa taruhannya. Setelah gue resmi nikah sama Laras, gue udah diskusi semua ini sama pengacara gue dan memindah semua hak milik harta gue atas nama Laras dan anak gue nantinya. Ada beberapa persen juga untuk Adek gue. Udah gue bagi rata."

"Maksudnya ini apa, sih?!"

"Kasih ke Laras kalau gue gak bisa bertahan. Gue titip itu buat dia."

The Devil's Angel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang