TDA - Dua Puluh Sembilan

1.7K 158 14
                                    

Happy reading :)

😈😈😈

"Kakak!"

"Kakak!"

"Jangan teriak-teriak, Sayang."

"Ya abis ini pada ke mana, sih? Sepi amat. Kakak?!"

Bara menghela napas di belakang Ocha. Sebenarnya Ocha bisa saja memanggil tanpa berteriak seperti orang yang sedang tersesat di dalam hutan, tapi kadar kerinduan gadis itu sepertinya sudah menggunung hingga tak sabar untuk segera mendekap kakak satu-satunya.

"Ocha?" ucap Laras saat meninggalkan dapur dan mendapati Ocha di rumah ini.

"Loh, Laras gak di rumah sakit?" tanya Ocha bingung.

"Izin, Cha. Lagi agak meriang, jadi istirahat dulu."

"Ya ampun. Udah periksa? Ibu hamil kalau lagi sakit gak boleh minum obat sembarangan, loh, Laras. Terus--"

"Cha," potong Bara. "Laras itu perawat kalau kamu lupa. Dia pasti lebih paham masalah sepele begini."

"Eh, iya, ya." Ocha menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali. "Kakak di mana? Kerja?" lanjutnya menanyakan keberadaan Nathan.

"Enggak, kok. Ada di kamar. Sebentar ya, biar aku panggilin."

Laras beranjak ke lantai dua untuk memanggil Nathan. Ia menekan knop pintu lalu mendorong dan masuk ke dalam kamar. Bertepatan dengan Nathan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih basah, bahkan beberapa tetes air masih jatuh mengenai tubuh atletisnya. Sepertinya Nathan tidak mengeringkan rambutnya dengan benar.

"Ada Ocha."

"Hm," balas Nathan sambil mengambil kaos dari dalam lemari.

"Abang, itu dikeringin yang bener dulu rambutnya," ujar Laras saat Nathan menelusupkan kedua tangannya di bagian lengan kaos.

Mendengar itu membuat Nathan menghentikan gerakannya secara otomatis. Ia menatap Laras tanpa berkedip hingga membuat Laras menunduk takut. Laras takut jika ia telah mengucapkan sesuatu yang salah dan memancing emosi Nathan.

"Mana hair dryer kamu?"

Laras mengangkat kepala lalu berjalan ke meja rias dan membuka lacinya. Ia mengambil hair dryer-nya lalu mengulurkan kepada Nathan.

"Kami pikir aku bisa makainya?" tanya Nathan kesal. "Pakein, cepetan!"

Suara hair dryer mulai memenuhi seisi kamar. Laras menggerak-gerakkan hair dryer di atas kepala Nathan. Sesekali menyibak rambut Nathan agar bisa mengeringkan di semua bagian. Setelah merasa rambut Nathan sudah kering, Laras mematikan hair dryer-nya.

Sementara itu, Nathan memutar tubuhnya yang duduk di atas kursi untuk menghadap Laras. Lelaki itu mengangkat kaos yang Laras kenakan dan membelai perut Laras yang mulai membuncit.

Andai saja situasinya masih sama seperti dulu, pasti Laras akan mengelus kepala Nathan saat lelaki itu melabuhkan kecupan lama pada perutnya. Ia akan menatap pemandangan itu dengan mata berkaca-kaca dan perasaan bahagia. Namun, itu jika situasinya masih sama seperti dulu. Saat ini yang terjadi saat Nathan mengecup perutnya Laras hanya bisa berdiam diri kaku tanpa melakukan apa-apa. Hatinya berdesir. Perasaannya campur aduk antara bingung, senang, sekaligus takut.

"Udah minum susu hamil?"

"U--udah."

Sekalipun Nathan mendongak untuk menatap Laras, Laras tetap meluruskan pandangannya.

The Devil's Angel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang