TDA - Dua Puluh Dua

1.9K 143 5
                                    

Happy reading :)

😈😈😈

Sesuai rencana, hari ini Laras mengajak Nathan untuk jalan-jalan ke mall. Setelah bertanya apakah calon suaminya itu lowong, Laras merengek minta ditemani ke mall meski Mami dan Nathan secara kompak menolak tegas mengingat kondisinya yang belum lama ini kembali pulih.

Genap hari ini adalah sebulan pasca kejadian Laras yang mengamuk karena dilamar dengan cara paling gampang yang pernah ada. Dan setelah mengantongi restu dari kedua orang tua Laras, maka mereka semua mulai menetapkan tanggal pernikahan dan mempersiapkan segala keperluan. Untuk bagian ini sebenarnya Laras tidak turut andil mengingat sang mami yang sudah mengambil alih mulai dari gedung, katering, wedding organizer dan segala tetek bengeknya. Laras hanya kebagian dalam menentukan design undangan dan gaun yang nantinya juga akan ia kenakan di hari besarnya.

Sembari menunggu Nathan datang, Laras mematut diri di depan cermin. Perfect! Tank top putih dibalut dengan jaket model crop top pada tubuh bagian atasnya, lalu celana jeans berwarna biru pudar melekat pada kaki jenjangnya. Merasa sudah puas, Laras menyambar slingbag-nya kemudian turun ke bawah.

"Mau pergi ke mana kamu?" tanya Maminya yang sedang duduk di sofa.

"Jalan-jalan, Mi. Suntuk kalau di rumah terus."

Maminya memperhatikan penampilan Laras sebelum mendesah panjang. "Kamu ini lagi hamil. Kenapa pakai celana jeans? Itu bisa neken perut kamu, Ras."

"Enggak, kok, Mi. Ini masih nyaman banget kalo pakai jeans." Laras menyanggah lalu menyipit saat mendengar deru suara mesin mobil. "Nah, itu Abang udah datang. Laras berangkat dulu, Mi."

"Nggak diajak masuk dulu Abang kamu?"

"Nggak usah deh, Mi, nanti kalo siangan dikit keburu mager."

Laras melangkah dengan riang menuju ke arah mobil Nathan yang sudah berhenti di halaman rumahnya. Saat lelaki itu sudah bersiap untuk turun, Laras lebih dulu masuk dan mendaratkan pantatnya di atas jok samping kemudi.

"Let's go!"

"Gak izin dulu?"

"Udah aku izinin."

Nathan manggut-manggut. Tangannya meraih kontak, tapi kepalanya menoleh dengan cepat ke arah Laras kembali.

"Kamu pake jeans?" sarkas Nathan. "Seriously, Cil?"

"Ini enggak apa-apa, kok. Udah, sih, gak usah pada ribet gitu. Tadi Mami, sekarang kamu."

"Ya itu kalau anak aku kegencet gimana?"

Laras menghela napas. "Please, ya, ini perut aku belum yang buncit banget, jadi masih aman kalau dipakein jeans."

"Terserah kamu."

Perjalanan yang dilalui Nathan dan Laras memakan puluhan menit sebelum akhirnya tiba di mall yang dituju. Laras sudah akan mendorong pintu mobil ketika Nathan menahan lengannya dan mengambil masker serta topi berwarna hitam.

"Pakai."

"Buat apa?" tanya Laras bingung. "Berasa artis dong aku kalau harus pake masker sama topi."

"Nurut. Pakai ini." Nathan memasangkan topi di atas kepala Laras dilanjutkan dengan mengaitkan tali masker pada kedua sisi daun telinga Laras. Setelah selesai, ia baru memakai untuk dirinya sendiri.

Bersungut-sungut karena akses untuk menghirup lebih banyak oksigen terbatas, Laras menghentakkan kakinya dengan kesal.

"Gak usah manyun!"

The Devil's Angel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang