TDA - Empat Puluh Satu

1.5K 156 35
                                    

Happy reading :)

😈😈😈

Saat senja mulai menampakkan diri di ufuk barat, Laras menginjakkan kaki ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Dibantu oleh seorang asisten rumah tangga, Laras berniat memasak ayam goreng dan membuat sambal hijau. Untuk sayurnya, Laras menyerahkan pekerjaan itu kepada si asisten rumah tangga.

Selesai dengan ayam goreng crispy, Laras menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sambal. Mulai dari cabai, bawang merah dan bawang putih Laras persiapkan. Suluran rambutnya yang tergerai membuat pergerakan Laras terganggu. Bergerak ke arah westafel untuk mencuci tangan, dicepolnya rambut itu ke atas secara asal. Sementara di sisi lain, asisten rumah tangga mulai menyiapkan masakan yang telah selesai ke meja makan.

"Malam ini nginep aja. Kasian kamu kalau mesti bolak-balik."

Suara samar-samar percakapan itu menyita perhatian Laras yang sedang mengulek sambal. Itu pasti maminya yang baru saja kembali.

"Nah, ini makan malamnya juga udah siap."

Laras melirik dan menemukan maminya sudah ada di meja makan sambil menuang air putih. Ada sosok lain juga berada di sana. Kalian pasti tahu betul siapa sosok itu tanpa perlu disebutkan karena Laras enggan menyebutnya.

"Kamu bersih-bersih dulu sana. Nanti kalau udah selesai turun lagi kita makan malam bareng."

"Iya, Mi."

Mami Laras beranjak setelah menghabiskan satu gelas penuh air putih. Wanita itu berjalan ke arah kamarnya untuk membersihkan diri.

"Hai."

Sapaan itu diacuhkan. Laras tak menggubris dan tetap fokus pada cobek. Dirasa sudah lembut, Laras memindahkan sambal ke dalam mangkuk kecil. Aroma pedas menguar saat sendok demi sendok berhasil dipindahkan.

"Kamu keringetan," ucap Nathan mengusap peluh di kening Laras yang menyatu dengan helai-helai rambutnya. Nathan cukup bersyukur karena Laras tidak menepis tangannya.

"Mami tadi bilang nyuruh nginep. Kamu izinin?" Nathan bertanya sambil mengekori Laras yang membawa sambal ke meja makan.

"Ras?"

Tetap saja yang ditanya tak menggubris. Diperhatikannya Laras yang berlalu begitu saja meninggalkan Nathan yang terduduk lemas di atas kursi ruang makan. Tangannya terangkat memijat dahi pelan. Berkali-kali Nathan menghembuskan napas panjang guna menetralkan emosi yang saling berkecamuk. Bohong jika ia tidak jengah akan sikap Laras, tapi mau bagaimana lagi? Tampak jelas istrinya itu benar-benar sangat kecewa dan marah kepadanya. Padahal semarah-marahnya Nathan, ia tidak akan tega mendiamkan Laras berhari-hari seperti yang Laras lakukan kepadanya sekarang ini.

Setelah sekian menit berdiam diri termenung di ruang makan, Nathan berdiri untuk menyusul Laras. Persetan jika Laras kembali mengacuhkan. Nathan butuh air dingin untuk menyegarkan tubuhnya setelah seharian beraktivitas tak kenal lelah.

Begitu pintu kamar terbuka, sosok Laras tidak tampak terlihat. Namun, Nathan tahu Laras sedang berada di balkon kamar karena pintu penghubung antara balkon dengan kamar terbuka.

Kaki Nathan sudah terangkat berniat menghampiri Laras, tapi urung. Akhirnya Nathan melangkah menuju kamar mandi agar tidak terlambat untuk makan malam.

😈😈😈

Baru sedetik kakinya menginjakkan ruang makan, suara maminya membuat Laras memutar bola mata malas.

"Sikap kamu itu, Ras! Jangan kayak gitu sama suami sendiri. Kualat nanti kamu."

Kebetulan tadi wanita itu menangkap perbincangan mereka saat sedang berada di dapur. Ah, bukan perbincangan sebenarnya karena hanya Nathan yang bersuara sedangkan Laras memilih mengunci mulut rapat-rapat.

The Devil's Angel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang