TDA - Tiga Puluh Dua

1.8K 162 22
                                    

Happy reading :)

😈😈😈

Sosok tinggi tegap dengan balutan jas khas milik dokter membuat Laras segera menghentikan kakinya yang sudah akan masuk ke dalam salah satu ruangan.

"Alex!" teriaknya memanggil.

Alex menoleh sejenak, terlihat menghela napas lalu melanjutkan langkah kakinya. Tak tinggal diam, Laras segera mengejar. Ditariknya jas putih bagian belakang membuat Alex tertahan.

"Kita perlu bicara, Lex."

"Soal apa? Antara aku sama kamu itu udah end. Kamu yang mutusin semuanya, Ras.".

"Lex, aku minta maaf."

"Terus?"

"Aku ngerasa bersalah," ucap Laras pelan. "Aku gak mau kita jadi jaga jarak kayak gini."

"Ini juga demi kebaikan kita berdua, Ras. Kamu udah nikah, gak seharusnya hubungan kita bisa kembali normal seperti sebelumnya. Jaga jarak adalah opsi terbaik. Baik untuk kamu, maupun untuk aku."

"Maafin aku, Lex. Kamu mau, 'kan, maafin aku? At least, kita bisa jadi teman kerja yang profesional. Gak kayak orang asing begini, Lex, tiap ketemu. Kamu pasti selalu ngehindar pas liat aku."

"Menurutmu aku harus gimana? Kamu pernah ngerasain nggak ditinggalin sama orang yang udah kamu kasih seluruh hatinya? Pernah, Ras?"

Laras bungkam. Semua kalimat-kalimat Alex menohok Laras tepat di ulu hatinya. Nyeri, sesak, sakit, semua itu karena ulahnya sendiri.

"Gak pernah, 'kan? Kamu gak paham, Ras, sama apa yang aku rasain. Setiap aku ngeliat kamu, rasanya masih kayak kemarin aku bisa pegang tangan kamu, meluk kamu, tapi sekarang apa? Untuk nyentuh ujung kuku kamu pun, aku perlu mikir seribu kali. Aku hargai status kamu yang udah jadi istri orang, jadi harusnya kamu bisa sadar posisi juga. Sakit, Ras. Apa yang kamu lakuin ke aku itu ... " Alex menarik napas dalam-dalam. Sesak jika kembali diingatkan akan peristiwa saat mereka masih bersama sampai akhirnya hubungan mereka harus kandas di tengah jalan.

"Aku cuma minta kita bisa jadi rekan kerja kayak dulu lagi. Apa itu terlalu mustahil buat kamu?" tanya Laras.

"Bukan mustahil, tapi aku yang gak bisa karena hati aku bukan seperti hati kamu yang bisanya mikirin diri sendiri. Hati aku masih lemah kalau harus berhadapan sama kamu lagi seolah-olah gak pernah ada yang terjadi di antara kita."

Kalimat itu membuat Laras terpaku. Sedalam itukah luka yang ia toreh di hati Alex? Jawabannya sudah jelas karena semua itu bisa dilihat dari sorot mata kecewa Alex, belum lagi nada bicara lelaki itu.

Tanpa sadar, air mata yang entah sejak kapan muncul membasahi pipi Laras. Mungkin di sudut hatinya, masih ada sisa-sisa perasaannya untuk Alex, tapi tertutup oleh peraasaannya yang lain yang lebih mendominasi.

😈😈😈

Lelaki yang menyilangkan tangan di depan dada dengan tubuh menyandar di pilar membuat Laras terkejut. Pasalnya tidak ada panggilan atau pun pesan yang mengatakan bahwa suaminya akan menjemputnya sepulang kerja, jadi wajar saja jika Laras terlihat cengo saat melihat Nathan sedang berdiri menunggunya.

"Cie ... yang dijemput sama lakinya."

Godaan dari Dina tetap tak mengusik Laras. Keterkejutan masih membingkai wajah manisnya.

"Langsung check in hotel ini, mah, bukannya langsung pulang."

"Dina!" seru Laras. Kesal dengan segala ucapan Dina yang tak senonoh.

The Devil's Angel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang