TDA - Tiga Puluh Delapan

1.4K 150 30
                                    

Happy reading :)

😈😈😈

"Namanya siapa, Cha?"

Pandangan Ocha terputus dari sosok kecil di atas dadanya. Matanya terangkat menatap Laras yang berdiri di samping ranjang pasiennya.

"Buat si Kakak, namanya Atlas Gevian Rafardhan. Kalau Adiknya, Peta Balqis Rafardhan."

"Bagus namanya."

Ocha tersenyum simpul. "Kakak mau coba gendong?" tanyanya menawarkan pada Nathan. Kemudian, bayi mungil itu berpindah tangan. Atlas kini berada dalam gendongan Omnya sementara si adik digendong oleh Bara--Papanya.

"Imutnya ...," komentar Laras saat turut mendekat dan memperhatikan bayi mungil itu digendong Nathan. "Hai, Sayang. Welcome to the world."

"Abang udah pinter gendongnya. Siap banget, nih, kayaknya jadi ayah."

Ocha turut tertawa mendengar guyonan Laras barusan. Dilihat dalam sekali pandang saja Nathan memang tampak luwes dan tidak kaku ketika menggendong bayi. Mungkin dulu saat Ocha masih balita Nathan sudah sering menggendong adiknya itu sehingga sudah tidak kaget lagi ketika disodorkan bayi.

"Kakak kalau mau pulang, pulang aja. Kasian Laras kalau harus bermalam di sini. Lagian ada Bara, Mama sama Papa, kok, yang bantuin Ocha."

Nathan mengangguk setuju. Diserahkannya bayi mungil nan lucu yang tadi digendongnya kepada Mama Bara.

"Kalau gitu, gue pulang dulu. Langsung kabarin kalau ada apa-apa."

"Pulang dulu, ya, Cha. Lo istirahat, biar cepet pulih." Kemudian, Laras berpaling kepada kedua orang tua Bara. Berpamitan dengan sepasang suami istri itu sebelum akhirnya beranjak dari ruang rawat Ocha.

Laras berjalan bersisian dengan Nathan menyusuri koridor rumah sakit. Tangannya memeluk lengan Nathan sambil setengah menumpukan berat tubuhnya pada lelaki itu. Setelah berjam-jam menunggu proses persalinan Ocha, kini rasa lelahnya mulai menyeruak ke permukaan. Tubuhnya terasa seperti habis diajak kerja berat. Padahal yang sebenarnya terjadi Laras hanya duduk diam sambil menunggu di depan ruang persalinan.

"Aku ke toilet dulu, ya?"

"Oke."

Sembari menunggu Laras keluar dari toilet, Nathan mengeluarkan ponselnya. Ada beberapa pesan serta panggilan tak terjawab yang masuk. Sebagian besar dari Lando yang menyerahkan hasil akhir dari kasus yang akan mereka tangani. Kasus kesekian yang merupakan tindak korupsi yang sudah terjadi dalam kurun waktu yang sangat lama. Satu hal hang menarik perhatian Nathan. Tersangka dari kasus kali ini tidak lain dan tidak bukan adalah ayah mertuanya. Yang mana itu berarti adalah Papi Laras.

"Such a miracle banget bisa ketemu lo di sini."

Nathan mengangkat pandangan dari layar ponselnya. Sosok lelaki berbalut jas putih berdiri tak jauh dari posisinya.

Sebenarnya Nathan ingin mengabaikan saja lelaki yang ia ketahui sebagai mantan istrinya itu. Bahkan respon pertama yang Nathan berikan tadi berupa dengusan samar.

"Gimana rasanya berhasil ngerebut pasangan orang?"

"Sorry?" ulang Nathan seolah meragukan indra pendengarannya.

"Gak usah sok amnesia! Lo lupa kalau lo udah ngerebut Laras dari gue?"

Nathan tertawa meremehkan. Lagi-lagi lelaki itu mendengus, hanya saja kali ini terdengar lebih jelas dan tidak samar seperti tadi.

"Akuin aja kekalahan lo."

"Lo--"

"Dari awal, bukan gue yang merebut Laras dari lo, tapi lo aja yang kegeeran. Lo ... " Nathan menunjuk dada Alex dengan tatapan tajam, "cuma tempat singgah bagi Laras aat lagi bosen sama gue."

The Devil's Angel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang