TDA - Tiga Puluh Satu

1.9K 157 10
                                    

Happy reading :)

😈😈😈

Laras terbangun dengan kondisi perut yang sudah tidak kram lagi. Semalam benar-benar aneh. Saat Laras mencoba segala macam cara supaya kram di perutnya bisa mereda, Nathan hanya perlu menggerakkan tangan di sana dan kram itu langsung hilang. Mungkin memang calon anak mereka sedang ingin merasakan usapan dari ayahnya.

"Loh, Laras lagi di sini?" Pertanyaan itu terlontar dari adik Maminya ketika Laras memasuki dapur.

"Iya, Tante. Semalam pulang dari rumah sakit mampir ke rumah. Kangen sama Papi Mami."

"Sama Abangmu juga?"

Laras mengangguk kecil. "Iya, sama Abang."

Tantenya kembali melanjutkan bertanya sembari mereka tengah mempersiapkan sarapan. "Kamu gak ke rumah sakit?"

"Hari ini jaga malam, Tan."

Adik dari Maminya itu melempar pandang ke arah Mami Laras sebelum kembali ke Laras.

"Kenapa, Tan?" tanya Laras.

"Tante bisa minta tolong sama kamu?" Tantenya terlihat agak ragu, tapi ketika melihat Laras mengangguk ia kembali melanjutkan. "Hari ini Tante sama Mamimu ada acara semacam reuni gitu. Tante boleh titip Lucas selagi Tante pergi?"

"Oh, Lucas di sini? Mana, Tan?" Laras celingak-celinguk mencari keberadaan bocah satu setengah tahun yang mulai pandai berceloteh itu.

"Ada itu nonton kartun sama Papi kamu."

Tanpa menunggu lebih lama, Laras segera melesat untuk menghampiri keponakannya yang teramat menggemaskan.

"Hello, Lucas!" serunya saat melihat Lucas. "Nonton apa, sih, fokus amat," decaknya.

"Pinpin, Nte," jawab Lucas sambil menunjuk-nunjuk layar yang menayangkan duo bocah kembar berkepala plontos.

"Oh, Upin Ipin?" Laras mengangguk-angguk tersenyum. "Ikut Tante, yuk?"

"Jangan diganggu, Ras, Lucasnya masih asik itu."

Laras tidak mengindahkan nasihat Papinya. Ia meraup tubuh gembul Lucas ke dalam gendongan dan meninggalkan ruang keluarga.

"Kita bangunin Om ya ... " Laras mendorong pintu kamarnya dengan  satu tangan, lalu menutup pintu itu kembali dengan kakinya.

Nathan masih bergelung nyaman di atas ranjang. Masih terlihat lelap meski seberkas sinar mentari pagi mulai menerobos masuk ke dalam kamar. Dengan isengnya Laras meletakkan Lucas di atas perut Nathan agar lelaki itu segera bangun.

"Bangunin Omnya, Luke," titah Laras.

Lucas--bocah kecil itu menatap bolak-balik ke arah Nathan dan Laras secara bergantian.

"Om, bangun gitu."

"Oom, angun!"

Laras terkikik geli saat Lucas mulai menepuk-nepuk wajah Nathan. Padahal ia tidak menyuruh Lucas melakukan hal itu.

"Om Om!"

Tepukan itu masih terus diberikan Lucas di pipi Nathan. Namun, Nathan hanya melenguh dan masih juga belum membuka mata. Padahal bobot tubuh Lucas lumayan. Apa tidak engap, ya, jika Lucas berada di perutnya?

"Oooom ...," rengek Lucas. Laras yang melihat pemandangan itu jadi terkekeh sendiri. Lucu.

"Om." Lucas kembali menepuk pipi Nathan dengan tangan gembulnya.

"Apa, sih, Ras?!" raung Nathan, tapi tetap saja matanya masih terpejam. "Sepuluh menit lagi, okay?!"

 "Sepuluh menit lagi, okay?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Devil's Angel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang