TDA - Tiga Puluh Sembilan

1.4K 161 8
                                    

Happy reading :)

😈😈😈

Setelah tidak berhasil menuntaskan gairahnya, Nathan terpaksa mandi kembali meski beberapa menit sebelumnya ia baru saja selesai mandi. Kalau sampai setelah ini nanti Nathan masuk angin, salahkan saja Laras. Semua itu gara-gara Laras yang memancingnya terlebih dahulu, tapi tidak bertanggung jawab setelah apa yang diperbuatnya.

"Ngapain kalian ke sini?" tanya Nathan tak ramah saat menemui tamunya. Empat dari satu timnya sedang duduk manis menikmati hidangan yang disajikan di meja.

"Ada beberapa hal yang harus kita bahas, Bos." Lando mewakili menjawab. Dari cara Nathan menyambut kehadiran mereka saja marah-marah begini, pasti mood ketua tim mereka itu sedang dalam keadaan tidak bagus.

Laras berdehem. "Kalau gitu aku ke dalam dulu," pamitnya undur diri.

Setelah kepergian Laras, barulah diskusi itu dimulai. Semua ini bermula karena nama di balik tersangka kasus yang harus mereka tangani kali ini. Entah bagaimana cara kerja semesta sampai-sampai tim mereka harus menangani kasus yang tersangka utamanya adalah ayah mertua Nathan. Untuk mengambil langkah lebih lanjut, tentu saja sebagai satu tim mereka harus mendiskusikan semuanya terlebih dahulu. Apalagi di sini yang akan mereka selidiki adalah ayah dari istri ketua tim mereka.

"Jadi gimana, Bos?"

"Gimana apanya? Kalau memang perlu ditindak lanjuti, tindak lanjuti! Jangan mentang-mentang tersangka kali ini masih ada hubungan keluarga sama gue, kita jadi lepas kasusnya. Kita tetap harus profesional. Orang bersalah harus mendapatkan hukumannya."

Lando mengernyit ngeri melihat raut Nathan saat ini. Seperti orang tak berhati, Nathan berucap seolah-olah kasus kali ini sama dengan kasus-kasus yang pernah mereka tangani sebelumnya. Memang keprofesionalan ini patut diapresiasi, tapi apakah tidak terlalu kejam jika Nathan terlihat seperti akan membantai seorang musuh yang notabenenya kali ini adalah ayah mertuanya sendiri?

Diskusi itu kemudian berlanjut menentukan strategi dalam membekuk si tersangka secepatnya. Bedanya tim detektif dengan tim kepolisian adalah tingkat kecepatan mereka dalam menangani sebuah kasus. Jika di tim kepolisian terlaku bertele-tele dan mengulur-ulur waktu, lain halnya dengan tim detektif. Mereka sebisa mungkin menyelesaikan sebuah kasus secepatnya.

😈😈😈

Raungan suara dering telepon membangunkan Laras dari tidur lelapnya. Dengan kesal dan mata masih terpejam rapat, Laras melarikan tangannya meraba nakas tempat di mana ponselnya selalu berada.

"Halo?"

"Laras ...."

Seketika nyawa yang semula masih berada di awang-awang berkumpul menjadi satu saat Laras mendengar suara maminya yang seperti menahan tangis.

"Mami kenapa?" tanyanya panik. Laras menyingkirkan lengan Nathan yang membelit dan menarik selimut hingga menutupi tubuhnya dan memegangnya erat.

"Kamu ke rumah secepatnya, ya, Nak."

"Mi, ada apa? Kasih tahu Laras, Mi."

"Mami gak bisa jelasin di telepon. Mami tunggu di rumah, ya?"

Panggilan itu terputus. Untuk beberapa saat Laras hanya diam sambil sibuk berpikir apa gerangan yang sebenarnya sedang terjadi. Didengar dari suara maminya saja Laras sudah bisa menebak bahwa itu bukanlah sesuatu yang bagus.

Laras melirik Nathan yang masih tampak pulas. Ya, wajar saja karena mereka baru tertidur beberapa jam yang lalu. Namun, Laras mencoba membangunkan Nathan. Siapa tahu berhasil meski Nathan kalau tidur sudah seperti orang mati saja.

The Devil's Angel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang