TDA - Sembilan

2.5K 190 8
                                    

Happy reading :)

😈😈😈

Pernah tidak kalian berpikir mengapa cowok tidak bisa menyandang status jomlo dalam kurun waktu yang lama? Oke, baiklah. Mungkin ada, tapi bisa dihitung dengan jari yang bisa bertahan dengan status kelajangannya selama paling tidak sebulan. Sementara di sisi lain ada cewek yang bahkan bisa hanya pernah berpacaran sekali dalam hidupnya. Kontras sekali, bukan?

Tidak hanya kaum cowok saja yang tak betah berlama-lama menyendiri. Laras pun demikian. Putus dengan si A, cari mangsa baru. Begitu cara kerjanya supaya hati tidak berderak karena patah.

Laras sadar betul bahwa kodratnya menjadi perempuan adalah memiliki perasaan yang lemah. Istilah jaman sekarang, orang-orang menyebutnya dengan baper. Namun, hal itu justru menjadi motivasi seorang Larasati Mirandari untuk menjadi strong girl. Tidak mudah baper. Tidak mudah menjatuhkan air mata--apalagi karena cowok. Tidak mudah mempercayakan hatinya kepada seseorang. Serta kata tidak untuk yang lainnya jika menyangkut tentang cowok.

Bercermin pada kisah cinta sahabatnya--Ocha, Laras mengerti satu hal kalau cinta hanya bisa membuat titik lemah dalam diri kita memberontak memaksa mengakuisisi. Ocha yang pada dasarnya adalah seorang gadis dengan hati selembut sutra--berbanding terbalik dengannya--menjadi lebih lembek jika sudah berhubungan dengan sang pacar.

Akan tetapi, apakah semua yang sudah dijadikan prinsip itu bisa bertahan jika Laras bertemu dengan tambatan hatinya?

"Laras!"

"Eh, gimana?" tanya Laras terkejut.

"Laras bengong terus deh akhir-akhir ini."

"Oke, sekarang gue fokus. Lo tadi bilang apa?"

"Ini loh, tadi Ocha udah bilang Kakak suruh jemput, tapi ternyata Bara bisa jemput Ocha. Nanti Laras pulangnya diantar sama Kakak ya?"

"Gue bisa pesan taksi," sahut Laras. Lebih baik naik taksi daripada terjebak dalam satu mobil dengan si iblis itu.

"Please .... Ocha nggak mau Kakak marah karena Ocha nggak bisa pulang bareng sementara tadi udah ngerengek minta jemput."

"Lo tahu 'kan, Cha, gue sama kakak lo itu kayak gimana?" tanya Laras. "Udah macam kucing sama tikus."

Laras memperhatikan Ocha yang tampak menghela napas. Jangan sampai ekspresi polos Ocha mengubah keputusannya untuk pulang bersama dengan kakaknya. Jangan sa--, oke, Laras kalah. Laras paling lemah kalau sudah mendapati raut sedih di wajah menggemaskan sahabatnya yang satu ini.

"Oke. Gue pulang diantar kakak lo."

"Makasih, Laras."

Sepertinya Ocha tahu kelemahan dirinya sehingga sengaja memasang tampang menyedihkan agar gadis itu bisa iba. Padahal untuk apa 'kan Ocha minta jemput kakaknya kalau sudah punya suami yang siap sedia selama dua puluh empat jam?

Seperti yang sudah Ocha bilang, kakaknya datang tak lama kemudian. Lengkap dengan masker yang tak pernah luput dalam setiap tampilannya.

 Lengkap dengan masker yang tak pernah luput dalam setiap tampilannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Devil's Angel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang