TDA - Empat Puluh Tujuh

1.6K 182 65
                                    

Yang udah baca sampe part 47 tapi belum follow authornya, satu kata buat kalian, "Tega"

Buka profile dan klik follow dulu, haram nanti kalau kalian gak follow tapi enak2an baca gratis, wkwk

Happy reading :)

😈😈😈

"Kamu pasti capek banget, ya?" ucap Laras bermonolog. "Sampe jam segini belum bangun. Bangun dulu, yuk?"

Laras melabuhkan ciuman pada pipi Nathan yang tidak menindih bantal. Jemarinya sangat betah mengelus rambut hitam milik sang suami meski orangnya masih lelap.

"Abang? Udah jam setengah sembilan, loh."

Sebenarnya Laras tak tega membangunkan Nathan yang masih nyenyak, tapi jika tidak dibangunkan maka Nathan akan melewatkan sarapannya. Sekarang saja sudah pukul setengah sembilan, mau menunggu sampai jam berapa lagi coba?

Di sudut ruangan, sebuket bunga besar dan beberapa kotak masih belum tersentuh. Itu adalah hadiah-hadiah yang sudah dipersiapkan oleh Nathan untuk Laras semalam. Selain itu, ada juga sebuah buket bermata uang asing yang dirancang khusus dengan begitu cantik. Laras saja tidak pernah terbesit kalau Nathan akan memberikan hal-hal semanis itu untuknya. Secara seorang Nathan gitu. Cuek, tidak ada romantis-romantisnya sama sekali, belum lagi sifat iblisnya yang kadang suka muncul.

 Cuek, tidak ada romantis-romantisnya sama sekali, belum lagi sifat iblisnya yang kadang suka muncul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melirik lagi ke sampingnya, belum ada pergerakan dari suaminya. Laras berdecak. Kondisinya yang sudah hamil besar membuat gerakan Laras jadi terbatas saat hendak menarik tangan Nathan.

"Bangun, bangun! Udah siang!"

"Masih ngantuk, Sayang," gumam Nathan. Tidurnya terusik saat Laras terus saja mengganggunya.

"Kamu, kok, jadi manis gini, sih?!" protes Laras. Bukannya tidak suka, tapi Laras jadi sulit mengontrol diri kalau Nathan terus-terusan seperti ini. "Ayo, bangun."

"Sayang dulu, baru mau bangun." Nathan berkata sambil menunjuk pipinya.

"Ih, apa-apaan?!"

"Ya udah."

"Abang, ya ampun! Aku gak kuat kalau kamu manisnya kebangetan gini. Biasanya juga cuek banget."

"Serba salah emang."

😈😈😈

Jarang pergi ke mall berdua, saat ini Laras dan Nathan menyusuri toko demi toko yang menjual keperluan bayi. Walaupun belum mengetahui jenis kelamin calon anak mereka, Laras mengajak Nathan untuk menyicil membeli beberapa barang seperti stroller, box tempat tidur, mainan-mainan khas anak kecil, kaos kaki, sarung tangan, dan printilan-printilan lainnya.

Mereka kompak untuk memilih warna netral sehingga barang yang sudah dibeli tidak sia-sia nantinya jika tidak sesuai dengan jenis kelamin anak mereka.

The Devil's Angel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang