TDA - Tujuh Belas

2.3K 181 24
                                    

Happy reading :)

😈😈😈

Semakin hari berganti, semakin rekat hubungan antara Nathan dan Laras. Namun, di satu sisi hubungan antara kedua insan itu kian erat, justru nasib hubungan Laras dan Alex diambang kehancuran. Laras masih belum memutuskan Alex. Ia mencari waktu yang tepat supaya tidak menyakiti hati lelaki baik itu. Akan tetapi, hingga detik ini, Laras masih belum juga menemukan waktu yang tepat tersebut. Bahkan sikap lamban Laras untuk mengakhiri hubungan dengan Alex sempat membuatnya bertengkar dengan Nathan. Lelaki berwatak dingin itu memprotes sikap Laras yang dinilai kurang tegas. Padahal menilik dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, Laras bisa memutuskan pacarnya tanpa perlu pikir panjang. But, hei! This is Alex. Lelaki itu berbeda dari mantan-mantan Laras sebelumnya.

"Apa sih yang bikin kamu susah buat mutusin cowok itu? Biasanya juga kalo mau putus, ya tinggal putus doang. Gak pake drama segala kayak sekarang."

"Gak semudah itu, Abang! Alex itu beda dari mantan-mantan aku."

"Beda? Karena dia spesial? Iya?!"

"Ah, susah ngomong sama kamu, tuh! Bawaannya curigaan mulu .... Belum lagi cemburu alay macam bocah aja."

"Sekarang, coba kalau aku yang jalin hubungan sama Kinara terus aku gak mau putus sama dia. Kamu bakal gimana? You don't have any idea!"

"Terus aja bahas Kinara. Emang Kinara itu segalanya. Baik, kalem, penurut, manis, lemah lembut, gak kayak aku emang! Kenapa gak sekalian aja sana nikahin dia?!"

"Gitu? Kamu mau aku nikahin dia? Easy, Cil, buat aku. Kamu siap patah hati ditinggal nikah sama aku? Udah siap mental?"

"Terserah lo, Nath! Gue benci sama lo!"

Kepala Laras berdentum sakit. Kepingan-kepingan memori tentang pertengkarannya dengan Nathan semakin menambah beban untuk pikirannya. Bukannya ia tidak mau memutuskan Alex, tetapi ... ah, Laras bingung harus menjelaskannya bagaimana.

Suara ketukan pintu terdengar. Laras menyahut dan mempersilakan sang mami masuk ke dalam kamarnya.

"Kamu yakin nggak mau periksa ke dokter?" ujar Maminya sambil menempelkan punggung tangan di kening Laras. Suhu badan Laras normal, tetapi kepalanya sejak pagi terasa berdenyut dan perutnya bergolak seperti diaduk-aduk.

"Laras cuma masuk angin, Mi."

"Ras, seorang dokter meskipun secerdas apa pun, bisa salah dalam mendiagnosis ketika dirinya sendiri sakit. Gitu juga sama kamu. Sehebat-hebatnya kamu, bisa jadi dugaan kamu itu salah. Mungkin kamu emang biasa ngerawat orang sakit, tapi cara ngerawat diri sendiri sama orang lain itu beda, Sayang."

"Intinya, Mi?" tanya Laras dengan suara lemah. Tubuh gadis itu bahkan terlilit oleh selimut hampir menyerupai kepompong.

"Periksa ke dokter sana. Perlu Mami yang anterin?" tawar sang mami. "Kalau enggak, ya kamu telepon Alex, lah! Buat apa punya cowok dokter kalau nggak dimanfaatin."

"Mami ...."

Maminya tertawa renyah. "Ya udah, Mami mau nganterin berkas Papi yang ketinggalan. Kamu nggak apa-apa ditinggal? Atau Mami suruh supir aja yang ke kantor Papi?"

"Laras nggak apa-apa, Mi. Serius," kata Laras sambil mengangkat dua jari membentuk simbol piece.

"Take a rest, Sayang. Kamu kayaknya kecapean kerja, deh. Makanya cepet nikah, biar ada yang nafkahin."

The Devil's Angel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang