Raden mas agung keraton itu tiba tiba langsung menubrukkan tubuhnya secara sangat tidak keraton-etis ke cowok mungil dengan pakaian 'tidak sederajat bangsawan' di depannya itu. Memeluk dan merengkuh tubuh cowok itu dengan resah,
"Jungwon.. Jungwon..," Gumamnya berkali kali.
Sedangkan orang yang sedang dipeluk, si Jungwon itu, tersenyum puas. Senang mendengar suara resah 'orang hebat' didepannya ini yang memanggil panggil namanya berkali kali seperti orang kesetanan.
Eh, sebentar.
Seperti? Salah. Bukan seperti, tapi memang kesetanan.
Ya, bagaimana tidak? Sekarang raden mas ageng Jaya itu memang sedang kerasukan setan. Setan yang sudah dipelihara oleh Jungwon ini.
Jungwon memang kurang ajar, dia itu cuma rakyat jelatah biasa yang bahkan terbilang miskin. Rumahnya saja cuma di gubuk tua, yang saat ini dipijaki mereka ini. Tapi berani beraninya Jungwon ini memafestasikan ilmu pelet ke penerus satu satunya keraton. Ke seorang Raden mas ageng.
Tapi, Jungwon nggak perduli. Bagi dia, urusan dosa, itu belakangan. Yang penting, yang dia mau, harus dia dapat. Nggak perduli itu terhalang gender yang sama, atau terhalang status sosial yang jelas jelas 'jeblok'.
Dia nggak perduli juga dengan gimana nanti kalau reputasi Raden Jaya tercoreng gara gara ketahuan kalau raden punya hubungan dengan dia. Maka sekarang Jungwon malah santai tersenyum manis sambil membalas pelukan resah raden keraton itu dengan gerakan tangan yang lembut dan lentik,
"Kakang mas kangen aku tho?," Tanya Jungwon centil dibalik pelukan. Jari jati lentiknya membelai rambut kekuningan jagung raden Jaya itu dengan perlahan, "Lha wong rung tau ketemu kok iso kangen lho mas? Aku iki kayunen toh?,"
*Lha nggak pernah ketemu kok bisa kangen loh mas? Aku ini terlalu cantik ya?
Mendengar pernyataan Jungwon yang harusnya terkesan sok pede itu, raden Jaya malah mengangguk angguk dibalik pelukannya. Mengeratkan pelukan dan menempelkan pipinya di pundak Jungwon,
"Cantik.. cantik banget, kamu. Ayu nemen sampe sampe kakang ra iso mikirno opo opo selain wajahmu dek..,"
*Cantik banget sampai sampai kakang nggak bisa mikirin apa apa selain wajahmu dek..
Senyum Jungwon melebar. Dia tertawa setan sebentar. Merasakan tangan Jay yang sudah mulai meremas remas pakaiannya.
Kemudian Jay tiba tiba melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Jungwon. Matanya berpendar kemana mana menatapi seluruh jengkal wajah cowok manis didepannya itu. Agaknya seperti laper sekali. Wajah Jungwon terlihat menyala nyala bersinar seperti ada cahaya di setiap sudutnya. Jay merasa seperti melihat surga ada di depan mata.
Raden tampan itu bernafas berat,
"Dek.. saya mau cium kamu. Mau cium kamu. Cium kamu..," Ujar Jaya berkali kali, diulang ulang seperti orang yang kehausan.
Sudut bibir Jungwon tertarik ke atas. Cowok cantik itu tersenyum seperti jelmaan setan betina. Bibirnya melengkung manis, tetapi matanya jahat,
"Opo mas..?,"
*Apa mas..?
Tanyanya dengan suara mendayu. Sengaja memang. Benar benar ular, mengundang nafsu orang yang jelas jelas sekarang sudah terlihat seperti hampir mau gila.
Jay membuka bibirnya dan mengusap kedua pipi Jungwon berkali kali,
"Saya mau kamu. Cium saya, cium saya. Kamu, Jungwon, cium saya," Lirih Jay dengan suara dalam yang hampir serak. Baru kali ini dia merasakan rasa 'ingin' yang sangat kuat. Rasanya kepanasan. Seperti daun singkong yang layu dimasak di tungku kayu di dapur keratonnya. Baru kali ini Jay merasa sangat lemah oleh seseorang. Apalagi ke seorang yang berjenjis kelamin laki laki.
"Se pengen itu yo mas?," Bisik Jungwon sambil menyapukan ujung jari panjangnya ke pelipis Jay menggoda. Membuat Jay oleng sedikit dan langsung menyapukan wajahnya lebih dekat ke jemari Jungwon dengan suara 'hahh' pelan.
"Nek kamu cium saya hari ini saya bakal kasih apapun yang kamu mau, Jungwon..,"
*Kalau
Ucap Jay dengan mata yang sudah sangat resah. Membuat Jungwon terkekeh kecil dengan suara yang agak melengking, menyentuh bibirnya sendiri pelan lalu berganti membelai bibir Jay dengan amat perlahan,
"Janji yo mas?," Bisiknya mendayu.
Jay langsung mengangguk mantap,
"Janji dek.. tapi kamu cium saya..,"
Jungwon lagi lagi terenyum seperti yang tadi. Bibirnya melengkung tapi matanya nggak tersenyum, menatap licik. Persis jelmaan ular. Setelah itu, nggak pakai menunggu lama, Jungwon langsung menangkup wajah tampan dengan rahang tegas raden Jaya itu, dan dengan perlahan tapi pasti mendekatkan wajahnya. Mengikis jarak, dan mengkulum bibir penuh itu dengan tempo mendayu pelan pelan.
🗻🗻🗻
Haloo bebskiii ~~
Disini nama Jay diganti jadi Raden Jaya Kusumolani yaa
Setelah ku tahan book ini akhirnya ku lepasin juga wkwk 😂
Bodo amat dah ku up aj, gatel nulisny soalnyDisini Jung1 agak nachkal ya beb, mirip siluman 🐍
KKN desa pen aipen
wkwkLatar ceritanya di jaman keraton ya gaes, di Jawa. Mangkanya ngomongnya terkadang pakai bahasa jawa juga.
Pkokny moga klian suka aj deh 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulu Perindu √ Jaywon | [ENHYPEN]
Fanfiction"Dek.. saya mau cium kamu. Mau cium kamu. Cium kamu..," 🗻🗻🗻 Latar Kerajaan-Keraton Jawa Diselipi sedikit bahasa Jawa untuk percakapan, tapi nggak masalah buat yang nggak paham ada translate nya kokk, tenang ~ 😚🍃 B×B shayang yg homopobic syuh~...