🌸Hai, Pandu - Chapter Sebelas🌸

5K 660 89
                                    

"Den Pandu, dipanggil tuan di depan." Pandu yang saat ini sedang bermain game di ponselnya seketika menoleh kearah pak Budi, satpam rumahnya. Pandu yang tadinya sedang tiduran di sofa seketika duduk dan menatap Pak Budi.

"Di depan ya pak?" Pak Budi mengangguk.

"Iya, den. Ada tuan Tiar juga di depan. Lagi nungguin den Pandu." Pandu mengangguk dan mematikan ponselnya. Ia berdiri dan mengikuti pak Budi yang berjalan duluan.

Ketika sudah sampai di depan rumah. Mata Pandu seketika menatap Daffa dan juga Tiar yang sedang berdiri di dekat mobil dan motor sembari berbincang. Pandu mendekati keduanya.

"Papa panggil Pandu?" Tanya Pandu saat sudah berada di dekat Daffa dan juga Tiar. Daffa dan Tiar seketika langsung menoleh ke Pandu.

"Iya, papa panggil kamu. Gimana menurut kamu tentang motor dan mobil ini?" Tanya Daffa seraya menunjuk kearah mobil dan juga motor di dekatnya. Pandu ikut menatap.

"Hmmm, menurut Pandu bagus, dan juga keren." Ujar Pandu seraya memanggil nganggukan kepalanya.

Daffa dan Tiar seketika langsung tersenyum "Kamu bisa bawa mobil kan?" Pandu mengangguk.

"Bisa." Jawab Pandu sedikit ragu.

"Bagus kan warnanya?" Tanya Tiar. Pandu kembali mengangguk.

"Bagus kok, bagus banget malah." Jawab Pandu seraya mengangguk.

"Bagus pilihan kamu Tiar, Pandu suka." Tiar hanya mengangguk dan tersenyum. Beda halnya dengan Pandu yang sedikit bingung.

"Kenapa nama Pandu diikut sertain nih?" Tanya Pandu penasaran.

"Papa beliin kamu motor sama mobil ini."

"Maksudnya?" Pandu masih merasa bingung. Untuk itu, ia bertanya.

"Maksud Papa, mobil sama motor ini papa beli buat kamu. Motor sama mobil ini punya kamu." Ujar Tiar seraya mengeluarkan kunci mobil dan juga motor dari kantung celananya. Pandu yang mendengar itu seketika terkejut.

"Hah?! Ini motor sama mobil buat Pandu?" Daffa dan Tiar mengangguk dengan tegas "Kan motor Pandu masih ada, pa"

"Motor kamu kan udah rusak."

"Ya kan masih bisa diperbaiki."

"Daripada diperbaiki mending beli yang baru."

"Itu namanya buang buang uang."

"Uang papa banyak, jadi beli motor sama mobil buat kamu nggak akan buat papa bangkrut kok."

"Sedekah sekali kali, Pa."

"Kamu aja yang nggak tau. Papa sering sedekah kok. Cuman entah kenapa harta papa malah semakin nambah tiap harinya."

"Sedekah lagi biar miskin."

"Iya, sebenarnya papa pengen jadi orang miskin. Cuman ya gitu. Tiap hari sedekah banyak banyak, eh uang malah makin bertambah. Pusing papa." Pandu tertawa mendengarnya. Ada ya, orang kaya pengen jadi miskin. Eh orang miskin pengen jadi kaya.

Ada ada aja.

"Nih, kunci mobil sama kunci motor. Mulai sekarang jangan pakek motor vespa kamu dulu. Pake yang ini aja mulai sekarang." Tiar memberikan kedua kunci itu pada Pandu. Pandu menerimanya dengan sedikit ragu.

"Kalau Pandu bawa motor sport ke sekolah. Bisa bisa teman teman Pandu pada heboh. Apalagi bawa mobil ini. Bisa tambah heboh teman teman Pandu nanti."

"Ya udah nggak papa sih. Bikin geger sekolah kamu aja. Bawa mobil ini ke sekolah kamu. Terus beberapa menit aja udah bikin cewek cewek mendekat."

"Nggak ada cewek di sekolah Pandu."

Hai, Pandu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang