Hari ini hari terakhir Pandu dan teman-temannya ujian. Setelah selesai ujian mereka memilih ke bengkel untuk istrahat. Kebetulan di belakang bengkel Pandu ada beberapa kamar yang khusus dibuatkan untuk tempat istrahat mereka.
Pandu menidurkan dirinya di salah satu kasur dan menutup kedua matanya. Rasa lelah yang dirasakannya membuat Pandu ingin tidur sejenak. Teman-teman Pandu yang lain mulai membuka bengkel dan cafe. Setelah istrahat sejenak, mereka bersiap untuk bekerja.
Pandu terbangun dari tidurnya saat mendengar suara berisik di dekatnya. Pandu mengarahkan tatapannya ke samping, lalu menghela nafas. Nampaknya teman-teman Pandu sedang bermain hitung-menghitung.
Pandu bangun dari duduknya dan berjalan menuju teman-temannya. Ia duduk di dekat Ota seraya menatap apa yang mereka lakukan.
Tio menatap Pandu, kemudian menyuruh Pandu untuk menatapnya. Kedua tangannya mengepal di depan Pandu, "lo semua lagi main apaan sih?"
"Kita lagi main hitung-menghitung, Ndu. Lo lihat kedua tangan Tio. Terus lo jawab pertanyaan dari Tio ya, Ndu." Pandu mengangguk pelan. Ia menatap Tio yang masih mengepalkan kedua tangannya di depan Pandu. Teman-teman yang lain duduk melingkar sembari menatap Pandu dan Tio.
"Lo lihat kedua tangan gue." Pandu mengangguk.
"1+1=, apa?" Kening Pandu mengerut. Ia bergumam panjang sambil berpikir.
"2," jawab Pandu percaya diri. Tio dan teman-teman yang lain menggelengkan kepala membuat Pandu menatap mereka dengan bingung.
"Lo salah, jawab lagi," ujar Bayu.
"Lah, kok salah. 1+1 berarti 2 lah. Apa yang salah coba."
"Salah, Ndu. Coba lo mikir lagi pakai otak dan logika lo. 1+1=, apa?" Pandu semakin bingung dengan mereka.
"Apa sih maksud lo semua. Bingung gue. Tetap, jawaban gue 2," Pandu masih tetap dengan jawaban awalnya. Teman-temannya yang lain menggelengkan kepala mereka kembali.
"Jawabannya apa teman-teman?" Tanya Tio dengan lantang. Satu tangannya mengepal ke atas.
"Jendela," jawab mereka dengan serempak.
"Hah?!" Pandu terkejut mendengar jawaban mereka, "buset, kok bisa jadi jendela? Ini gue yang bodoh atau kalian yang bodoh sih. Jelas-jelas 1+1= itu 2, kok malah jadi jendela."
Amar mengambil kertas dan pulpen yang berada tidak jauh darinya, "lo lihat ini baik-baik ya. Kenapa 1+1= itu bisa jadi jendela." Amar bersiap-siap untuk menulis.
Pandu dan teman-temannya mulai menatap apa yang akan Amar tulis di kertas. Kening Pandu mengerut dan menatap dengan serius. Kepalanya terus berpikir bahwa jawabannya memang dua, kenapa malah jadi jendela. Pandu memang bodoh di mata pelajaran matematika. Tapi dia juga tau kali kalau 1 di tambah 1 itu sama dengan 2.
Ini memang Pandu yang bodoh atau bagaimana sih? Pandu kan bingung jadinya.
"Kita tulis dulu 1 dan 1. Tapi sedikit jauh ya. Terus tambahnya berada di tengah antara satu dan satu. Kemudian sama dengannya berada di atas dan di bawah satu dan satu. Jadinya sama dengan jendela. Udah ngerti kan, Ndu?" Ujar Amar sembari menjelaskan kenapa 1+1= itu adalah jendela. Terakhir Amar bertanya kepada Pandu.
(Ngerti kan penjelasannya? Kalau nggak ya udah deh🤧. Kalau yang pernah main ini pasti ngerti.)
Pandu mengerutkan kening dan tidak lama kemudian ia tertawa kecil, "sumpah lo semua ya. Dapat permainan ini dari mana sih? Kok gue baru kali ini dengar."
"Gue sering main permainan ini pas gue masih kecil. Jadi gue keinget, terus ngajakin kalian main. Tapi seru kan?" Ujar Tio sambil tertawa kecil.
"Sumpah, ini permainan yang membingungkan. Tapi asik sih, gue jadi tau kalau 1+1= itu adalah jendela," ujar Pandu sembari tertawa dengan lantang setelahnya. Dan semua yang ada di tempat itu ikut tertawa.
"Oh iya, Ndu. Kan kita udah selesai nih sekolahnya. Tinggal tunggu hari kelulusan aja. Gimana kalau kita naik gunung aja. Udah lama nih nggak naik gunung, mungkin sekitar 1 tahun kali ya," usul Rimba sembari mengingat terakhir kalinya mereka naik gunung.
Semua teman-teman Pandu langsung setuju. Mereka heboh di sana. Pandu terlihat berpikir-pikir sejenak, lalu mengangguk setuju. Mereka memang udah lama tidak naik gunung. Naik gunung memang hobi mereka, dan berada di puncak adalah kesenangan mereka. Dulu, setiap satu bulan sekali pasti mereka akan naik gunung. Tapi sudah sekitar satu tahun ini mereka berhenti dengan aktivitas mereka.
"Oke, gue setuju sih. Udah lama juga nggak naik gunung. Gue kangen naik ke puncak," ujar Pandu sembari mengangguk.
"Ajak Ragata sama teman-temannya aja gimana?" Usul Bayu sembari menaik-turunkan alisnya.
"Jangan ah, nanti dia kecapean lagi. Naik gunung kan jauh banget," ujar Pandu menolak usulan Bayu.
"Coba tanya dulu atuh, Ndu. Kalau dia mau gimana?" Ujar Daniel.
"Iya, Ndu. Lumayan ada ceweknya. Biar mereka masakin kita mi atau kopi gitu pas malam. Dari pada cowok semua nggak asik banget," ujar Ilham.
"Kalau dia sama teman-temannya mau, kalian jangan macam-macam ya sama mereka. Apalagi di atas gunung," ujar Pandu sambil memicingkan matanya.
"Ya elah, lo mikir apaan sih. Nggak mungkin lah kita macam-macam sama mereka. Walau pun kita bukan anak baik-baik, tapi kita nggak mungkin macam-macamin cewek," ujar Tio dengan wajah serius.
Pandu tersenyum dan mengangguk, "siapa aja yang mau ikut?"
"Semua lah, nggak ada yang nggak ikut, harus ikut semua pokoknya," ujar Rimba dengan nada ancaman. Semua yang berada di sana pun mengangguk dengan serempak.
"Berapa orang nih yang ikut. Coba hitung." Ikram langsung menghitung teman-temannya berada di dalam kamar.
"Ada sekitar 21 orang. Kalau di tambah Ragata sama teman-temannya jadi 25. Iya, kalau mereka mau ikut sih."
"Pasti mau lah, gue jamin itu," jawab Ota.
"Kalau mereka ikut, tas atau apa pun yang mereka bawa, harus kita ambil alih. Mereka tinggal jalan aja, nggak boleh bawa apa-apa. Biar nggak terlalu capek."
"Oke, siap."
"Satu minggu lagi kita berangkat."
"Gunung, gue datang."
~••••••~
Aku sebenarnya pengen banget sih naik gunung, tapi takut ketinggian😭😭😭😭😭. Ada yang sama nggak kayak aku?
Nggak ada ya, ya udah🤧.
Oh iya, yang aku janjiin mau Up dua hari yang lalu, maafin aku ya karena ingkar janji lagi😢. Sumpah nggak ada alur yang terlintas di pikiran. Makanya selama beberapa hari ini nggak aku Up cerita Pandu. Kemudian ide permainan 1+1 itu muncul, dan karena aku pengen banget naik gunung, jadi aku bikin deh alur cerita Pandu mau naik gunung.
Oke, itu aja. Makasih.
Oh iya satu lagi. Komen banyak-banyak dong dan vote juga ya.
Aku target vote-nya 400 ya.
Terus komennya 150. Makasih.
Aku tunggu. Nggak akan aku Up ya kalau belum sampai.
![](https://img.wattpad.com/cover/258483923-288-k166361.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Pandu!
HumorPandu Aksara, orang orang biasa memanggilnya Pandu. Seorang laki laki berumur 17 tahun yang tidak pernah tau siapa orang tua kandungnya. Ia diangkat oleh seorang wanita lembut dan penuh kasih sayang. Namanya Hana Karim. Pandu sering memanggilnya den...