🌸Hai, Pandu! Chapter Dua Puluh Dua🌸

3.2K 486 16
                                    

"Assalamu'alaikum calon istri," salam Pandu di depan Ragata. Wajah Ragata terlihat memerah dan ia pun memukul pelan bahu Pandu seraya berdecak.

"Waalaikumussalam. Gue belum jawab mau jadi calon istri lo, ya. Masih sekolah aja udah bilang calon istri, calon istri. Sekolah yang benar dulu sana." Mata Ragata melotot sembari memukul pelan tangan Pandu. Pandu mengerutkan keningnya dan menjauhkan tangan Ragata dari lengannya.

"Iddih, gue udah sekolah yang benar kok. Lagian, lo nggak usah pura pura nggak mau jadi calon gue deh. Kelihatan banget sama wajah lo yang malu malu gitu. Sok banget lo." Ragata berdecak kesal.

"Lagian lo ngapain bilang calon istri, calon istri. Nanti didengar banyak orang tau rasa lo. Nanti mereka malah mikir macam macam dengar ucapan lo."

"Mana sih yang berani mikir macam macam tentang gebetan gue, biar gue hajar tuh biar mampus."

"Ya udah lah, yuk kita berangkat. Tapi, kita mau kemana nih?" Tangan Ragata mengetuk ngetuk pelan dagunya.

Berpikir ingin pergi kemana dengan Pandu hari ini. Pandu hanya terdiam sembari menatap Ragata yang sedang berpikir. Ragata bergumam panjang, lalu ia menatap Pandu.

"Gimana kalau kita makan bakso?" Usul Ragata. Pandu hanya mengangguk mengiyakan.

"Oke, siap atu mah. Yuk, berangkat." Ragata bersiap untuk naik di atas motor Pandu. Tapi terhenti ketika Pandu tiba tiba menyuruhnya untuk berhenti. Ragata menatap Pandu dengan bingung.

"Ada apa?" Pandu berdehem pelan.

"Ngomong ngomong lo tambah cantik juga ya pakek kerudung gini? Nanti, pas gue datang ngelamar, lo pakek kerudungnya nutupin dada, ya." Seketika Ragata menutup dadanya dengan kedua tangannya dan menatap Pandu tajam.

"Mesum!" Pekik Ragata kesal. Ia berdecak dan memukul kasar bahu Pandu. Namun, laki laki itu malah tertawa kecil.

"Gue nggak mesum anjir. Gue cuman kasih tau biar pas gue datang ngelamar, lo harus pakek kerudung yang nggak kelihatan dada. Emang apa salahnya sama ucapan gue?" Pandu terlihat bingung dengan respon Ragata. Padahal, ia cuman memberitahukan sesuatu padanya.

"Terus lo ngapain lihat dada gue kalau nggak mesum?" Suara Ragata terlihat semakin tinggi. Orang orang yang berada di samping keduanya menatap mereka dengan bingung dan ingin tahu.

"Eh, lo jangan teriak dong, malu gue. Lagian gue nggak natap dada lo, ya. Gue cuman lihat kerudung lo aja. Sialan, malu banget gue." Ragata langsung menurunkan ujung kerudungnya ke bawah. Ia berdecak pelan dan menatap orang orang yang terlihat menatap mereka dan tersenyum pelan seraya meminta maaf.

"Lagian lo sih. Jadi cowok tuh jangan mesum napa sih."

"Cowok mesum itu normal Ragata. Kalau dia nggak mesum berarti dia nggak normal." Ragata meringis ngeri, "sampai kapan nih, lo natap gue kayak gitu. Mau sampai tengah malam kita tunggu di sini?"

"Ya udah kita berangkat."

"Eits, sini dulu." Ragata berdiri depan Pandu dan menatap apa yang dilakukan laki laki itu, "sini kepalanya dekat lagi."

Ragata memajukan kepalanya lebih dekat. Dengan sedikit pelan Pandu memasangkan helm dikepala Ragata. Setelah selesai, Ragata naik di atas motor. Hingga motor Pandu pun melaju meninggalkan sekolah Antariksa.

Hai, Pandu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang