Amel berlari mendekati Ragata yang sedang berjalan menuju kelas, "hoi, Assalamu'alaikum, Ta." Tangan Amel merangkul bahu Ragata hingga membuat gadis itu terkejut setelahnya.
"Wa'alaikumussalam. Sial, kaget gue." Amel tertawa saat melihat wajah terkejut Ragata.
"Sorry, lagian lo sih yang salah. Gue panggilin malah nggak dengar. Kuping lo disumpal pakai apa sih sampai nggak dengar teriakan gue," protes Amel seraya melepas tangannya yang masih berada di bahu Ragata. Ragata berdecak sembari menatap Amel mendelik.
"Teriakan lo kecil kali makanya gue nggak dengar."
"Kecil apanya, suara gue malah besar banget. Itu, si Idul yang lagi jalan di depan lo aja dengar kok suara gue." Ragata menatap Amel dengan kening mengkerut.
"Masa sih?"
"Iya," ketus Amel. Ia menatap Ragata sebentar, "Ta, hari ini ada tugas nggak?" Ragata berhenti berjalan membuat Amel juga ikut berhenti. Keduanya saling menatap dengan lama. Ragata bergumam panjang sembari berpikir.
"Kayaknya ada deh. Tugas dari Pak Roni, tugas fisika."
"Lo udah ngerjain belum?"
"Udah kok. Tapi belum selesai semua. Soalnya beberapa nomor susah banget. Jadinya nggak gue lanjut." Amel seketika menatap Ragata sembari tersenyum lebar. Kening Ragata mengkerut dan berakhir dengan memutar kedua bola matanya.
"Gue nyontek di lo ya kali ini. Sumpah itu tugas susah banget, untung gue punya teman yang pintar kayak lo. Jadi gue bisa nyontek sedikit."
"Terserah Lo deh. Tapi traktir gue ya pas istrahat nanti."
"Oke lah, apa sih yang nggak buat orang yang kasih gue contekan."
~•••••~
Pandu menidurkan tubuhnya di atas tanah berumput. Kedua tangannya terlipat ke belakang untuk kepalanya. Ia menatap langit sembari mendengarkan candaan dari teman-temannya. Sesekali ia akan tertawa kecil dan ikut mengeluarkan suara.
Dari arah depan, Danu datang sembari memegang pipinya dan meringis kesakitan. Pandu seketika langsung duduk dan menatap Danu yang sudah berada di sampingnya.
"Kenapa lo? Kok ngeringis sakit gitu?" Tanya Pandu keheranan. Teman-teman Pandu yang lain pun ikut menatap Danu dengan bingung dan juga penasaran.
Sebelum menjawab, Danu meringis, "pipi gue kena tampar. Sakit banget anjir."
"Wah, siapa tuh yang tampar teman gue? Berani banget tuh orang." Tio berjalan mendekati Danu dan memeriksa tubuh Danu. Barang kali ada bagian tubuh yang sakit selain pipi.
"Yok kita hajar aja sekarang. Gedek gue kalau lihat teman gue kesakitan gini," timpal Bayu ikut menatap tubuh Danu.
"Yoi, lihat teman kesakitan gini kayak diri sendiri yang kesakitan. Kita kan sahabat sejati. Satu kesakitan semuanya ikut kesakitan juga. Walau pun nggak kena tampar," ujar Ota ikut menimpali.
Semua yang berada di tempat mengangguk, kecuali Pandu dan Rimba tentunya. Mereka berdua hanya terdiam sembari menatap teman-temannya yang sudah siap menyerang siapa pun.
"Ini karena gue putusin semua pacar gue. Dan gini lah jadinya. Semua mantan gue masing-masing nampar pipi gue setelah gue putusin. Ya udah kena tamparan deh gue. Tapi sakit banget anjir. Pipi gue sampai merah kan?" Mereka semua mengangguk mengiyakan.
"Lagian lo ngapain sih pacarin sampai 7 orang sekaligus. Iya, gue tau lo ganteng. Tapi nggak kayak gitu juga kali. Untung mereka cuman tampar lo, kalau mereka pukul wajah lo pakai balok kayu mampus lo, nggak ganteng lagi."
"Kalian bukannya kasihan sama gue malah salahin gue."
"Ya kita salahin lo karena emang lo salah. Makanya kalau punya wajah ganteng nggak usah sok-sokan pacarin banyak cewek. Kayak gini kan jadinya." Dan Danu pun hanya bisa bergumam dengan males.
Ia menatap Pandu yang sedang memainkan ponselnya, "lo ngapain Ndu? Kok kayaknya sibuk banget. Lagi chat-tan sama pacar lo ya? Siapa sih itu namanya. Rai...Raisa ya?" Pandu tidak menghiraukan pertanyaan dari Danu. Ia lebih fokus dengan ponselnya dari pada menanggapi pertanyaan Danu.
"Bukan Raisa, tapi Rihana."
Puk...
Satu pukulan seketika mengarah ke kepala Rega. Rega langsung memegang kepalanya sambil mengusapnya dengan kasar.
"Kalau nggak tau nggak usah sok tau. Nama ceweknya Pandu Ragata bukan Raisa atau Rihana pe'a. Hah, ya ampun, begini amat punya teman. Nggak ada yang benar semua."
Pandu menatap teman-temannya satu persatu. Kemudian ia menyimpan ponselnya ke dalam saku sebelum ia beranjak dari tempatnya, "gue pergi dulu ya. Nanti malam gue ke basecamp."
"Pasti mau jemput Ragata. Iya nggak Ndu? Benar kan gue?"
"Yoi. Ragata kan calon masa depannya Pandu. Pasti dia mau jemput Ragata dari sekolah. Benar kan Ndu?"
"Iyain aja gue."
~••••~
Setelah berpamitan dengan teman-temannya Pandu langsung ke sekolah Ragata. Ia duduk di atas motornya sembari memainkan ponselnya. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya Ragata beserta ketiga temannya berjalan mendekati Pandu.
"Assalamu'alaikum, Pandu. Oh my god, akhirnya kita ketemu lagi. Gimana kabar lo, baik kan?" Tanya Ifana saat sudah berada di dekat Pandu. Ia terlihat antusias bertanya tanpa melihat wajah Ragata yang tampak kesal di sampingnya.
Pamdu tertawa kecil, ia menatap Ragata terlebih dahulu, "Wa'alaikumussalam. Alhamdulillah sih baik banget."
"Teman-teman lo mana? Kok nggak ke sini juga."
"Mereka lagi di sekolah. Kenapa? Kangen lo?"
"Yah." Ifana terlihat malu-malu setelahnya. Ia mengusap tengkuknya dengan malu, "gitu deh."
Ragata dan kedua temannya yang lain tertawa kecil, "supir lo udah datang semua tuh. Cepat sana, ditungguin noh." Ragata mendorong ketiga temannya untuk pergi dari tempatnya.
Setelah mereka telah pergi. Pandu menyuruh Ragata untuk naik di atas motornya.
"Yok naik. Kita pulang atau jalan-jalan dulu?" Tanya Pandu terlebih dahulu.
"Kita pulang aja deh. Gue ngantuk banget soalnya."
"Oke. Nanti malam lo ikut gue ya."
"Mau ke mana?"
"Jalan-jalan ke luar. Sekalian ke rumah Ustadz Firdaus."
"Rumahnya Fatimah ya?"
"Iya."
"Ngapain ke sana?"
"Ada yang mau gue bawa ke sana. Mau kan ikut gue?" Ragata menimbang terlebih dahulu sebelum menjawab.
"Ya udah deh, gue mau. Tapi setelah isya ya?"
"Sip lah. Terserah apa kata lo aja."
~••••~
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Pandu!
HumorPandu Aksara, orang orang biasa memanggilnya Pandu. Seorang laki laki berumur 17 tahun yang tidak pernah tau siapa orang tua kandungnya. Ia diangkat oleh seorang wanita lembut dan penuh kasih sayang. Namanya Hana Karim. Pandu sering memanggilnya den...