Elio, Geo dan Anita berlari keluar rumah. Mereka berdiri di depan motor vespa milik Pandu. Anita menaiki motor dan duduk di atas. Ia terlihat sangat gembira bisa duduk di atas motor Omnya sendiri. Elio dan Geo hanya terdiam sembari menatap Anita yang terlihat memegang setir motor seperti seseorang yang sedang mengendarai kendaraan.
"Kalau naik motor keliling komplek enak kali, ya," ujar Anita seraya menatap kedua saudaranya. Jarinya mengetuk-ngetuk dagu seraya berpikir, "Om Pandu mana sih, kok dari tadi nggak kelihatan?"
"Om Pandu kayaknya masih tidur," ujar Elio menanggapi pertanyaan Anita. Geo hanya duduk di dekat motor sembari mengupas kulit jeruk. Elio ikut duduk di samping Geo dan menatap apa yang dilakukan sepupunya itu.
"Kamu pilih jeruk atau apel?" Tanya Geo menyuruh Elio untuk memilih. Elio menatap satu persatu diantara kedua buah itu. Ia paling suka dengan buah apel. Jadi, tangannya menunjuk apel merah ditangan Geo. Geo langsung memberikan apel miliknya kepada Elio. Elio menerima apel itu dengan antusias.
"Makasih," ujar Elio sembari tersenyum lebar.
"Sama-sama." Keduanya langsung memakan buah ditangan keduanya. Tanpa ingin menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari Anita yang terlihat bertanya sedari tadi.
Gadis kecil itu menatap Elio dan Geo dengan kening mengkerut. Elio menatap Anita sembari mengulurkan buah apel ditangannya, "Anita mau apel nggak?"
Anita menggeleng, "Anita nggak suka apel."
"Kalau jeruk mau dek?" Tanya Geo sembari memperlihatkan jeruk miliknya yang tinggal setengah. Gadis kecil itu kembali menggeleng.
"Nggak suka jeruk."
"Jadi sukanya apa?" Tanya Elio dan Geo bersamaan.
"Buah manggis. Tapi di rumah Opa sama Oma nggak ada manggis."
"Kita suruh Om Pandu aja yang beli."
"Emangnya mau beli apa?" Seketika ketiga anak itu menatap Pandu yang saat ini sudah duduk di samping Elio dan Geo.
"Beli buah manggis, Om." Pandu mengangguk pelan. Ia mengeluarkan kunci motornya dari saku celana.
"Kita makan rujak yuk, mau nggak?"
"MAU," jawab ketiganya dengan serempak.
"Yang mau ikut Om pergi beli siapa?" Dengan serempak mereka menjawab dengan mengacungkan tangan kanan mereka antusias, "jadi mau ikut semua nih?"
"Iya, Om, iya."
Setelah membeli bahan-bahan untuk membuat rujak, Pandu dan ketiga keponakannya makan rujak di dapur. Mereka terlihat makan dengan antusias.
"Stss, pedas," ujar Anita kepedasan. Tangannya mengipas mulutnya yang terasa pedas. Walau pun ia merasa kepedasan, tanganya tidak henti-hentinya memasukan buah ke dalam mulutnya.
Geo tidak merasakan apa pun, karena ia sangat menyukai pedas. Sedangkan Elio sudah berhenti makan karena merasa sangat kepedasan, padahal ia hanya makan sedikit. Ia meraih air putih dan meminumnya pelan-pelan, lalu kembali makan walau rasa pedas masih dirasakannya.
Pandu hanya menatap ketiga keponakannya dan sekali-kali tertawa kecil. Ia makan dengan sekali kali mengecek ponselnya.
Dari arah depan, Daffa datang dengan tangan memegang gelas. Ia berjalan mendekati anak dan cucu-cucunya. Duduk di dekat Elio sembari menatap satu persatu cucu-cucunya itu. Lalu, ia menatap Pandu yang sedang mengetik sesuatu di ponselnya sembari makan.
"Kalau makan, makan aja, jangan selingkuh," ujar Daffa sembari tertawa kecil. Pandu menatap Daffa sebentar, lalu lanjut dengan aktifitasnya tadi tanpa ingin menanggapi ucapan Daffa.
![](https://img.wattpad.com/cover/258483923-288-k166361.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Pandu!
HumorPandu Aksara, orang orang biasa memanggilnya Pandu. Seorang laki laki berumur 17 tahun yang tidak pernah tau siapa orang tua kandungnya. Ia diangkat oleh seorang wanita lembut dan penuh kasih sayang. Namanya Hana Karim. Pandu sering memanggilnya den...