🌸Hai, Pandu - Chapter Dua belas🌸

4.9K 700 82
                                    

"Elio bisa hafal perkalian?" Tanya Ikram saat sudah duduk di samping Elio. Elio yang tadinya sedang makan cemilan yang dibelikan Pandu untuknya segera menatap Ikram. Elio mengangguk pelan.

"Iya." Balas Elio dan kembali makan.

"Kalau pembagian bisa?"

"Iya." Dan Elio kembali menjawab. Rimba tertawa setelah mendengar jawaban Elio.

"Lo kalah sama anak kecil, Ram. Elio masih kecil begini udah bisa perkalian dan pembagian. Lah, lo baru pertambahan dan pengurangan. Itu pun lo sering salah jawabnya. Belajar noh sama Elio kalau mau pintar." Ujar Rimba sembari tertawa. Pandu dan teman teman yang lain pun ikut tertawa. Elio hanya terdiam tak mengerti sembari makan cemilan miliknya.

"Idih, gue bisa ya perkalian sama pembagian. Jangan asal bicara lo." Protes Ikram kesal.

"Kalau gitu. 9x7 berapa?" Ikram seketika menghitung dengan jarinya. Lama ia menghitung hingga dua menit pun berlalu.

"16." Jawab Ikram dengan bangga.

"Itu pertambahan Ikram." Jawab Tio kesal.

"Emang lo tau jawabannya?!" Tanya Ikram kesal kearah Tio.

"Jawabannya 2." Ujar Tio dengan wajah sok tau. Teman teman Pandu pun berteriak kesal dengan Tio.

"Kalau nggak tau nggak usah jawab Tio. Itu pengurangan, pengurangan coy, pengurangan!" Ujar Ilham kesal "Punya teman kok begini amat ya. Mending gue temenan sama Elio aja." Ilham menatap Elio "Elio mau nggak main sama kak Ilham?"

Elio menggelengkan kepalanya polos "Nggak mau. Om Ilham udah tua. Elio nggak mau main sama orang tua."

"Whahahahahahaah, aduh malunya gue, hahahah. Padahal bukan gue yang nanya, tapi kenapa gue yang malu, ya." Teman teman Pandu pun tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Elio.

"Wajah lo memang kelihatan tua Ilham. Makanya mandi dua kali sehari. Jangan mandi satu kali dua hari. Emang enak dibilang tua sama Elio." Ledek Ota sembari tertawa terbahak-bahak "Kalau gue sih, malu bingits, hahahah."

"Bangsat!" Ngumpat Ilham kesal.

"Weh, jangan main ngumpat lo ya. Ada anak kecil loh." Protes Pandu sembari menatap Ilham. Ilham menatap Elio yang ikut menatapnya.

"Elio nggak dengan ucapan kak Ilham kan tadi?" Tanya Ilham memastikan.

"Dengar." Jawab Elio polos. Teman teman Pandu langsung menatap Ilham tajam.

"Emang Elio dengar apa?"

"Bangsat!"

"Eh, buset. Ini anak pintar banget sih."

"Makanya jangan ngomong sembarangan dekat Elio. Kalau dia tiba tiba ngucap kata kata itu depan Mak, bapaknya bisa bisa lo semua dimarahin. Dan yang paling dimarahin itu gue, ngerti?" Ujar Pandu.

"Elio lupain kata tadi, ya. Itu kata kata yang nggak boleh diucapin. Bisa dosa kalau ngomong itu." Ujar Ilham. Elio hanya terdiam "Elio jangan ngucapin kata kata itu lagi, ya."

"Iya."

Pandu dan teman temannya menghela nafas lega.

"Eh, daripada kita duduk disini. Mending kita jalan jalan pakek mobil baru Pandu, yuk."

"Ayo." Tanpa menunggu persetujuan Pandu, teman teman Pandu langsung berjalan mendekati mobil berwarna putih itu.

"Woi, Pandu. Ayo, kita udah siap nih." Teriak Ota memanggil Pandu. Pandu menatap teman temannya.

"Ck, belum diijinin udah naik duluan. Dasar teman laknat." Decak Pandu kesal "Yuk, El. Kita berangkat jalan jalan."

"Jalan jalan kemana, Om?" Tanya Elio yang sudah berada digendongan Pandu.

"Jalan jalan kemana aja. Terserah Elio. Elio mau ke nggak ke mall?" Tanya Pandu sembari berjalan mendekati mobil.

"Mau. Abang belum pernah pergi ke mall."

"Oh ya?"

"Iya."

"Yaudah. Kita jalan jalan ke mall sampai malam. Kita beli mainan juga. Terus kita main ke Timezone. Terus, terus, dan seterusnya."

"Yeeee."

🌸~•••~🌸

Sepulang dari mall, Pandu dan El duduk di depan TV sembari makan kue yang baru saja dibikin oleh Nana dan Hana.

"Pandu, bawain kue ini di rumah tetangga depan ya." Hana memberikan satu kantung berisi kue ditangan Pandu. Pandu menoleh.

"Rumah Ragata?" Hana mengangguk.

"Iya, kan Ragata sering bawain kue di rumah kita. Terus sekarang kita kasih lagi kue ke rumah Ragata."

Pandu berdiri dari duduk dan membawa kue itu ke rumah tetangga. Tiba di depan gerbang, pintu gerbang langsung dibuka oleh satpam di rumah Ragata. Pandu masuk dan mengetuk pintu rumah.

Pintu rumah terbuka dan Ragata berada di depan Pandu "Eh, hai Pandu."

"Hai juga Ragata."

"Ngapain?" Pandu langsung menaikan kantung ditangannya.

"Ini, dikasih Mama. Kue."

"Oh, makasih ya. Ayo masuk dulu." Pandu masuk kedalam rumah Ragata dan melihat melihat isi rumah. Ia duduk di sofa sembari menatap Ragata yang berjalan menjauh darinya.

Tak butuh waktu lama, Ragata datang dengan jus ditangannya "Ayo diminum Ndu."

"Udah kayak tamu beneran aja gue dikasih minum segala."

"Lah, emang tamu beneran." Pandu tak menjawab, ia meraih jus di atas meja dan meminumnya.

"Hmm, segar juga." Mata Pandu menatap sekeliling rumah "Orang tua lo mana?"

"Lagi di luar kota. Minggu depan baru pulang."

"Adik lo?"

"Ada di kamarnya. Lagi tidur."

"Adik lo kelas berapa sih?"

"SD kelas 5."

"Oh." Pandu mengangguk dan meraih cemilan di atas meja dan memakannya.

"Cemilannya enak. Gue bawa ke rumah ya."

"Bawa aja, bawa. Bawa sama tempatnya juga." Canda Ragata.

"Ok."

"Lo beneran mau bawa ke rumah lo?" Tanya Ragata terkejut.

"Iya, emang kenapa?"

"Nggak papa sih."

"Ikhlas nggak nih?"

"Iya, ikhlas kok."

"Kayak nggak ikhlas gitu."

"Ikhlas kok."

"Kayak nggak i--"

"Bisa diam nggak! Kesal gue dengarnya." Pandu langsung tertawa mendengarnya. Ia menyimpan toples di atas meja.

Pandu menatap Ragata sedikit lama "Kok makin hari makin cantik aja, Ta. Lo tipe gue banget tau nggak. Mau nggak lo jadi pacar gue."

🌸~••••~🌸

#Garing, maafkeun😥

Hai, Pandu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang