Ragata menghela nafas panjang, lalu mengulurkan tangannya untuk mengetuk pintu.
Tok...Tok...
Ragata terdiam sejenak sembari menunggu pintu dibuka. Tidak lama, pintu kamar Pandu terbuka dan menampilkan sosok seorang remaja laki-laki seusianya berdiri sembari menatap Ragata dari atas sampai bawah.
Hmm, sepertinya laki-laki di depannya ini adalah Neol, adik laki-laki Mbak Nana, pikir Ragata.
Ragata mengerutkan keningnya saat melihat Neol tersenyum menatapnya, "hmm, ada Pandu nggak di dalam?"
Pertanyaan Ragata sukses membuat Neol tersenyum kikuk, ia menatap ke belakang di mana Pandu berada. Lalu, Neol kembali menatap Ragata.
"Oh, ada kok. Dia lagi tiduran tuh di dalam. Btw, lo pacarnya Pandu ya?" tanya Neol dengan suara pelan. Ia sengaja memelankan suaranya karena tidak ingin Pandu mendengarnya.
"Oh, buk..bukan kok, hehehe." Ragata tersenyum canggung. Neol mengangguk dan membulatkan bibirnya.
"Ya udah yuk masuk. Gue mau ke bawah. Nggak apa-apa kan gue tinggalin?"
"Iya, nggak apa-apa kok." Neol mengangguk, lalu memilih ke luar dari kamar Pandu. Ragata menatap Neol dengan lama, hingga tubuh Neol hilang saat menuruni tangga.
Ragata menoleh ke tempat Pandu berada, lalu berjalan mendekati Pandu. Ia menyimpan kue beserta buah di atas nakas, lalu duduk di kursi samping kasur Pandu.
Pandu menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, lalu menatap Ragata sembari tersenyum tipis.
"Gue kirain lo nggak jadi datang." Ragata mengerutkan keningnya sebentar.
"Masa nggak datang. Lo kan lagi sakit. Anak tetangga sakit kok nggak gue jenguk. Jahat baget gue jadi tetangga." Ragata meraih buah dan kue di atas nakas, lalu memperlihatkannya di depan Pandu.
"Gue bawain kue sama buah buat lo. Sorry ya, gue nggak tau lo suka sama buah apa. Jadinya gue bawain semua buah yang ada di rumah. Terus kuenya, kue coklat. Suka kan?" Pandu menatap buah dan kue ditangan Ragata terlebih dahulu. Lalu, memilih duduk sembari meraih kue tersebut.
"Suka kok. Tapi, makasih ya udah bawain. Seharusnya, nggak usah bawa-bawa beginian lah."
"Kan lo lagi sakit, masa iya gue nggak bawain apa-apa." Keduanya sama-sama terdiam. Pandu membuka tupperware, lalu menatap kue yang ada di dalamnya. Ia menatap Ragata terlebih dahulu, lalu mulai melahap kue.
Ragata menata ponsel sembari membalas pesan dari teman-temannya. Sesekali menatap Pandu yang sedang makan.
"Lo udah makan?"
"Udah sih tadi. Makan bubur. Disuapin Mama."
"Manja banget sih."
"Namanya orang sakit kok." Ragata bergumam sembari menatap Pandu yang sedang asik makan kue. Ia tersenyum tipis, lalu menatap ponsel Pandu yang sedari tadi bergetar di atas nakas.
"Ponsel lo getar terus tuh. Pacar lo ya?" Pandu berhenti makan. Ia menoleh ke arah ponselnya, lalu menatap Ragata kembali.
"Gue nggak punya pacar. Palingan yang kirim pesan teman-teman gue."
"Dibalas lah, kasihan tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Pandu!
HumorPandu Aksara, orang orang biasa memanggilnya Pandu. Seorang laki laki berumur 17 tahun yang tidak pernah tau siapa orang tua kandungnya. Ia diangkat oleh seorang wanita lembut dan penuh kasih sayang. Namanya Hana Karim. Pandu sering memanggilnya den...