Di dalam kamar, terlihat Pandu sedang tiduran sembari memainkan game di ponselnya. Seketika, layar ponselnya berganti dengan panggilan masuk dari salah satu temannya. Dengan segera, ia mengangkat panggilan itu.
"Halo, assalamu'alaikum. Ada apa?" Pandu menatap jam di atas dinding sembari menyemil cemilan.
"Wa'alaikumussalam. Ndu, kita mau ke rumah lo malam ini. Boleh nggak?" Kening Pandu mengkerut. Ia mendudukan tubuhnya dengan lebih baik.
"Ngapain?"
"Main lah. Kebetulan kita belum makan, Ndu. Laper lah kita." Suara tawa dari teman temannya terdengar dari seberang telpon.
"Ya udah, kalian datang aja kesini. Mau nginap juga boleh."
"Lo tunggu kita di depan pagar ya."
"Oke, siap." Dengan segera, Pandu memutuskan panggilan telpon itu. Ia turun dari kasur seraya berganti pakaian. Lalu ia keluar dari kamar dan berjalan menuju pintu rumah. Namun dipertengahan jalan, ada Anita yang tiba-tiba berdiri di depannya.
"Om mau kemana?" Tanya Anita dengan wajah polos.
"Mau ke depan." Pandu meunjuk pintu dengan tangannya.
"Anita ikut, ya, Om. Tapi Anita mau digendong." Tangan Anita mengulur ke depan meminta Pandu untuk menggendongnya. Dengan segera, Pandu meraih Anita untuk digendong.
"Bang Geo sama Elio mana?" Tanya Pandu seraya berjalan keluar sembari menggendong Anita di sebelah kiri. Sedangkan tangan kanannya memegang ponsel.
"Mereka lagi main sama Eslen di kamar Tante sama Om," balas Anita sembari memeluk leher Pandu, "kita mau kemana, Om?"
"Kita mau jemput teman teman Om di depan pagar. Nanti kita main sama mereka ya kalau mereka udah datang." Anita terlihat mengangguk antusias. Ia paling suka jika teman-teman Pandu datang ke rumah Opa dan Omanya. Bermain bersama mereka lebih menyenangkan menurut Anita.
"Iya, nanti Anita suruh teman teman Om Pandu Buat gendong Anita kayak kuda gitu. Pasti seru." Pandu hanya mengangguk seraya membuka pagar lebar-lebar. Ia berdiri di depan pagar sembari menatap ke samping menunggu teman temannya yang akan datang.
Hingga suara rentetan sepeda motor terdengar sangat nyaring bersamaan dengan motor teman-teman Pandu yang terlihat menuju kearah Pandu.
"Wah, motornya banyak banget." Anita yang melihat banyaknya motor menatap dengan pandangan berbinar-binar. Keinginan untuk menaiki motor keliling komplek menjadi sangat besar saat melihat motor-motor di depannya yang sedang berkendara, "Anita jadi pengen naik motor keliling komplek."
"Besok kita naik motor keliling komplek, berempat."
"Yeeee, Anita jadi nggak sabar."
"Harus sabar dong." Tangan Pandu mengelus pelan kepala Anita dengan sayang. Lalu ia menatap teman-temannya yang sudah berada di depannya.
"Kok banyak banget yang datang? Kalian semua beneran laper atau bagaimana sih?" Tanya Pandu sedikit protes. Anita yang berada di gendongannya hanya menatap teman-teman Pandu dengan polos.
"Sebenarnya cuman gue sama Ota yang laper. Tapi mereka malah minta ikut ke rumah lo juga. Katanya, mereka mau lihat rumah lo yang kayak istana itu," ujar Tio sembari menatap teman-temannya satu persatu.
"Sekali kali kek, Ndu, kita juga mau masuk rumah orang kaya," ujar Asta sembari menatap rumah milik keluarga Pandu. Kepalanya menggeleng tidak percaya. Ternyata rumah Pandu benar benar sangat besar dan juga mewah. Untung saja dia ikut teman-temannya kesini. Ia juga mau coba makanan orang kaya itu kayak gimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Pandu!
MizahPandu Aksara, orang orang biasa memanggilnya Pandu. Seorang laki laki berumur 17 tahun yang tidak pernah tau siapa orang tua kandungnya. Ia diangkat oleh seorang wanita lembut dan penuh kasih sayang. Namanya Hana Karim. Pandu sering memanggilnya den...