"Ahk, sakit banget kepala gue gila," ujar Ota seraya merintih kesakitan. Pandu dan teman teman lain yang sedang duduk sambil merokok di basecamp dengan serempak menatap Ota dengan kening mengkerut.
"Kenapa lo?" Tanya Pandu saat Ota sudah duduk didekat mereka seraya mengusap kepalanya yang terasa sangat sakit.
"Rambut gue dijambak njir. Sakit banget kepala gue." Ota meringis dengan pelan sembari meraih rokok dikuping Pandu untuk dihisapnya. Ia membakar rokok itu terlebih dahulu, lalu menghisap rokok ditangannya dan gumpalan asap seketika keluar dari mulut dan hidungnya.
"Kok bisa. Siapa yang jambak?" Tanya Ikram yang berada didekat Pandu. Ota menoleh dan menatap Ikram setelah selesai menghisap rokoknya.
"Si Laila. Masa iya, rambut gue dijambak sama dia. Untung kulit kepala sama rambut gue nggak rontok dari kepala gue. Itu cewek memang asem ya, cari gara gara terus sama gue," ujar Ota sembari berdecak kesal.
Pandu dan teman temannya saling menatap.
"Ya lagian lo ngapain sampai si Laila jambak rambut lo. Laila nggak bakal sampai jambak kalau lo nggak bikin ulah," ujar Tio sembari memutarkan matanya males. Sekali kali Tio berdecak kesal, "cowok kok bikin masalah sama cewek. Malu gue jadi teman lo."
Ota yang mendengar itu meninju bahu Tio kesal.
"Gue nggak cari masalah yeee. Tadi gue lagi dikantin sekolah. Mau beli rokok sebenarnya. Eh, si Laila tiba tiba datang terus jambak rambut gue. Sakit banget gila. Untung dia perempuan, kalau laki laki udah gue pukul sampai mampus," ujar Ota kesal sembari berdecak.
"Lo nggak sampai balas jambak rambut Laila kan, Ta?" Tanya Pandu penasaran. Ota menatap Pandu sembari berdecak.
"Ya nggak lah. Gue diam aja sambil teriak kesakitan. Gue nggak sejahat itu kali balas jambak rambut Laila. Kalau gue balas, bukan cowok namanya gue. Tapi banci! Lagian itu cewek main jambak jambak aja. Nggak tau apa masalahnya, Eh langsung buat kekerasan fisik sama gue," protes Ota sembari menghela nafas sebanyak banyaknya.
"Mungkin lo buat masalah gitu sama dia." Rimba mencoba membuat Ota mengingat apa masalahnya.
"Nggak ada. Gue nggak tau apa apa."
Mereka semua terdiam sembari mengangguk. Lama mereka terdiam, hingga Bayu datang dengan tergesa gesa dengan wajah paniknya.
"Kenapa lo?" Bayu berdecak kesal sembari duduk didekat teman temanya.
"Akh, sial! Untung aja gue cepat ngendarain motor gue. Kalau nggak, udah habis gue digebukin musuh."
"Kok bisa?" Tanya mereka dengan terkejut.
"Tadi tiba tiba aja gue ketemu Bima sama teman temannya dijalan. Awalnya sih gue nggak tau ada mereka. Gue langsung tau pas Bima teriak panggil nama gue. Eh, hasilnya gue dikejar. Tapi untungnya gue bisa ngelabui mereka dan bisa sampai disini. Sumpah tadi gue deg-degan banget njir. Mereka banyak soalnya, ada sekitar 10 lebih gitu loh," ujar Bayu sembari menghirup udara sebanyak banyaknya.
"Kayaknya mereka kesal karena kalah balapan sama Pandu. Karena nggak terima, jadinya mereka mau bikin masalah sama kita." Pandu dan teman temannya mengangguk dengan wajah serius.
"Tapi mereka nggak sampai pukul lo dari belakang kan?" Tanya Pandu saat mengingat ia keroyok saat itu.
"Nggak sih. Alhamdulillah."
🌸~•••~🌸
Pandu memberhentikan motornya tepat di depan rumah. Turun dari motor dan berjalan menuju pintu sembari memutar mutarkan kunci motornya. Saat di dalam, suara tawa bayi dan seorang perempuan terdengar dikuping Pandu, membuat remaja berusia 17 tahun itu berjalan menuju ruang tamu. Disana, tepat di atas sofa, seorang remaja perempuan yang sangat dikenalnya duduk sembari memangku keponakannya, Eslen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Pandu!
HumorPandu Aksara, orang orang biasa memanggilnya Pandu. Seorang laki laki berumur 17 tahun yang tidak pernah tau siapa orang tua kandungnya. Ia diangkat oleh seorang wanita lembut dan penuh kasih sayang. Namanya Hana Karim. Pandu sering memanggilnya den...