Xtra Story 2 - REMAIN

823 58 33
                                    

Terry dan Manda melambaikan tangan padaku ketika aku baru tiba di Odysseia. Hari ini aku, Terry, dan Manda mau belanja kebutuhan dekorasi Natal untuk rumah masing-masing, jadi kami memutuskan untuk ketemuan di Sabtu pagi ini. Dan sebelum menyapa Terry dan Manda, aku justru langsung memusatkan perhatianku pada bayi gembul yang tertawa ketika aku berlari kecil menghampirinya dengan gemas. Empat bulan Carly really looks like a Chinese steamed bun! Bulat, putih, pipinya merah, hidungnya mungil, bola matanya kecoklatan, dan sepertinya Mamanya memang segini kurang kerjaannya, karena rambut anaknya masih beberapa helai sudah berani-beraninya di kuncir tiga. Bikin Carly jadi makin menggemaskan. Makanya, dengan tidak sabar, aku langsung meraih bayi ini dalam gendongan, merebutnya dari Mamanya, kemudian memeluknya dalam gendongan sembari mencium pipi Terry dan Manda bergantian.

"Halo sayangnya Mama Kiki, sayangnya Mama Kiki! Aduh, wanginyaa, Mama suka banget wanginya Carly, Sayang," aku menciumi Carly yang hari ini pakai romper Mrs. Claus. Ya Tuhan, lucunya mana tahan! "Ter, anak lo buat gue aja, ya. Lo bikin lagi sana."

Terry langsung menorong bahu ku, membuatku tertawa. "Enak aja lo, bikin, bikin. Emang di sangka gampang apa. Lo aja sana bikin sama Stefan. Udah pantes, kok."

"Tau lo, Yuk. Udah lah, bikin lagi nih yang kayak begini. Biar sama kita, seorang satu," timpal Manda yang juga membelai tangan mungil Carly di gendonganku.

"Yee, apaan sih lo berdua. Mulai deh, bahas-bahas ginian. Eh, Neyna mana, Man? Kok nggak di bawa juga sih anak gue yang satu itu? Kan kangen Ney juga."

"Ney gue tinggal, soalnya di rumah ada anak kembarnya Cece gue tuh si Galena sama Galvin, lagi main di rumah."

"Ce Meidy lagi di rumah lo? Kapan dateng dari Semarang?" tanyaku. Aku dan Kakaknya Manda ini memang dekat juga, karena dulu pernikahannya juga aku yang urus.

"Iya. Cuma hari ini doang, besok udah cabut lagi, mau ke Yerusalem, ngerayain Natal dan Tahun Baru di sana sama keluarga suaminya. Eh iya, dia juga nitip salam buat lo, Yuk."

"Terus, lo sama Bang Tama mau kemana Natal dan Tahun baru ini, Man? Kan tahun ini Mama Papa ikut gue sama Agung ke rumah BoNyok-nya Agung di Palembang," tanya Terry pada Manda.

"Nggak tau gue, belom ada omongan, sih. Abang lo lagi, mana ada dia kepikiran buat rencana ke mana-mana. Adanya malah kerja kali." Kemudian Manda melirikku. "Nah, kalau lo, Yuk? Natal ini ada rencana bareng Stefan, nggak? Kan lo sama Stefan udah balikan lagi, tuh."

"Siapa yang balikan? Orang enggak, juga," aku langsung mengelak. Terry dan Manda balas menatapku dengan kening berkerut.

"Lho? Udah jalan empat bulan dari hari deklarasi perdamaian itu, masa sih kalian belum jadian? Bukannya kemarin kalian juga baru jalan bareng?" Terry kembali menekankan.

"Iya. Gue sama Stefan nggak balikan. Gini-gini aja. Berita dari mana itu? Kemarin gue sama dia jalan, ya karena gue sama dia... Ya karna gue... karna apa, ya? Oh, karena gue lagi kangen ramennya Ippudo dan dia kebetulan lagi pengen ke Bose. Kan sama-sama di PP, ya udah, bareng aja sekalian."

"Terus?" Terry menuntut penjelasan.

"Nggak ada terus. Kenapa, sih? Gue sama Stefan are not getting back together. Puas?"

Tapi keduanya malah kompak mencibir. "Aduh, ribet banget deh lo itu. Apa lagi sih sekarang masalahnya? Kan semuanya udah selesai di hari itu. Dan gue lihat, Stefan juga masih sayang sama lo, lo juga kelihatan masih sayang walaupun masih gengsi-gengsi tai ayam. Nah, terus, masalahnya di mana?" ucap Terry geregetan.

"Nggak ada masalah di mana-mana, it's just... Stefan and I, we haven't, well, he hasn't talk about anything regarding our relationship, if you must know everything."

RemainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang