Part 25- Another Reasons Over Reasons

385 49 16
                                    

Cincin ini, cincin pemberian dari Al ini, kini kembali melingkar di jari manisku sejak sebulan yang lalu. Dan hari ini, saat aku dan Terry main ke rumah Manda, Terry dan Manda kembali melirik cincin di jari manisku ini ketika aku mengambil sepotong blueberry streusel buatan Manda dari piringnya sambil terus bermain dengan Neyna yang ada di pangkuanku. Dulu, mereka pasti protes kalau aku terang-terangan pakai cincin ini, tapi sekarang, keduanya hanya diam. Semenjak sebulan yang lalu, saat aku menyudahi semua kisahku pada Stefan, aku kembali menggunakan cincin ini langsung di depan Terry dan Manda. Mengungkapkan kalau aku tidak butuh lagi siapapun dalam hidupku. Aku hanya ingin sendiri, menjalani hidup ini, melewatinya, kemanapun dia membawaku.

"Gue cuma pengen hidup gue lebih gampang. Gue udah cukup capek dengan semua sakitnya. Jadi biarin gue begini, ya. Gue lebih bahagia sendirian, kok. Kalian nggak usah kawatirin gue."

"Iya, kita ngerti dan kita nggak ngomong apa-apa kok, Yuk. Sekarang kita nggak mau maksain apa-apa ke elo. Kita cuma pengen lo happy. Lo berhak lakuin apapun yang lo mau," ujar Terry membuatku tersenyum sambil mengelus perutnya.

"Udah lah, nggak usah bahas gue. Mending bahas nih, calon ponakan baru gue yang bentar lagi mau brojol. Kira-kira kapan sih lo lahiran, Ter? Ini udah mau deket-deket due date, kan?"

Terry mengangguk sambil ikut mengelus-elus perutnya. "Iya, dong. Gue juga nggak sabar, nih. Kemarin gue sama Agung udah USG lagi, kata Dokter gue sih si cantik udah siap lahir kapan aja semau dia. Jadi ya, mungkin dalam minggu ini kali ya. Udah beberapa hari ke belakang ini gue juga mulai ngerasa suka kenceng gitu perutnya, tapi dokter bilang, gue harus lebih banyak jalan, biar lebih gampang jalan lahirnya. Dokter bilang sih, she's coming soon!"

Iya, calon bayinya Terry itu cewek. Sesuai sama kemauan Agung yang pengen punya anak cewek dulu. Makanya pas tau Terry hamil cewek, Agung jejingkrakan di ruang dokter. Kesenengan karna bakal dapat bayi cantik yang sudah di tunggu-tunggunya sekian tahun.

"Kalau di pikir-pikir, cucu Mama dan Papa cewek semua ya, Ter. Neyna, terus sekarang anak lo. Makanya BangTam udah minta nambah aja, tuh. Udah bujuk-bujuk gue lepas spiral, padahal gue pengennya punya anak lagi kalau Neyna udah seenggaknya empat atau lima tahun gitu, ini dua tahun aja belom. Terus pengennya cowok. Lo tau alasannya apa? 'Hon, aku tahun ini 40, tahun depan udah 41. Kamu bisa bayangin nggak nasib aku kalau nanti kita punya anak lagi pas umur aku 45? Bisa-bisa aku encok kalau harus ngejar-ngejar anak kita main di umur segitu.' Gimana, ya? Gue jadi kesian juga liat Abang lo, cuma gue juga belum pengen hamil lagi."

Aku dan Terry jelas jadi tertawa. Manda dan segala kebahagiaannya yang jenaka dengan Bang Tama dan Neyna memang tidak pernah gagal membuatku tertawa. Sedangkan Terry dan Agung yang selalu terasa mengharukan selalu mampu membuatku ikut bahagia sampai ingin ikut menangis juga.

"Eh iya, Kak Nisa juga lagi hamil lagi, kan, Yuk? Gue liat di IG, tuh."

Aku mengangguk pada Terry. "Iya. Tahun lalu kan sempet keguguran, cuma kandungannya yang ini puji Tuhan kuat-kuat aja. Udah dua bulan katanya. Gue juga baru di kasih tau seminggu yang lalu waktu gue main ke rumahnya. Nyokap jadi dua kali lebih cerewet gitu ke Kak Nisa sekarang. Abang gue juga."

"Iya lah, Yuk. Kan dulu pernah miscarriage. Puji Tuhan deh kalau kandugannya sehat. Terus Yuk, ngomong-ngomong soal Nyokap lo, dia tau nggak kalau lo sama Stefan sekarang udah nggak sama-sama lagi?"

Kata-kata Terry membuatku terdiam beberapa detik. Mengingat Mama dan reaksinya ketika aku bilang pada semuanya kalau aku dan Stefan memutuskan untuk berpisah. "Tau. Semua udah tau, kok. Awalnya mereka nggak setuju. Cuma setelah gue jelasin alasannya, mereka nggak bisa ngomong apa-apa lagi."

"Emang alasan lo ke mereka apa?" tanya Manda.

"Gue bilang kalau gue ternyata nggak bisa cinta sama Stefan. Udah gue coba, berkali-kali. Tapi gue nggak bisa. Dan gue nggak mau menikah dengan orang yang gue nggak cintai. Terus kayaknya, semenjak yang gue pernah ribut besar sama Nyokap waktu itu, mereka jadi nggak enak buat maksa-maksa gue apapun. Jadi yaudah, nggak ada apa-apa."

RemainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang