Rehan mengembangkan senyumnya ketika keluar dari rumah sakit setelah mengontrol dan memastikan keadaan Serena pra-keberangkatan mereka ke Paris sesuai tiket yang mereka punya. Ia duduk di balik kemudi dengan Serena yang duduk di sampingnya. Tangan kanan mengendalikan stir mobil, sedangkan yang kiri ia tautkan dengan jemari istrinya. Sesekali ia membawa tangan itu ke bibirnya.
Sementara Serena tak sedikitpun protes, ia justru menikmati semua jenis perlakuan manis Rehan terhadapnya. Jika dipikir-pikir, ia tidak pernah menyangka laki-laki yang pernah menjadi atasannya di kantor kini berubah status menjadi suaminya. Laki-laki yang bahkan menerima ia dengan utuh bersama dengan masa lalu.
"Terima kasih, Mas."
"Untuk apa?" Tanya Rehan menatap Serena sekilas lalu kembali fokus pada jalanan di depan mereka.
"Untuk semua, untuk semua cinta kasih yang Mas berikan."
Rehan yang mendengarnya tersenyum hangat. "Terima kasih kembali, Mbak Istri. Terima kasih karena sudah jadi jodohnya Mas." Ucapnya sambil terkekeh pelan.
"Oh iya, aku mau makan kue lumpur, Mas. Mas mau nggak?" Tanyanya.
"Dede yang pingin, ya, yang?" Tanyanya.
Serena mengangguk dramatis, membuatnya terlihat lebih manja. "Kita mampir di toko kue dulu, ya?" Rehan memjnta persetujuan dari sang istri yang langsung di jawab anggukan oleh perempuan tersebut.
"Mas, aku boleh makan mie, nggak?" Tanyanya, jelas Serena tahu kalau itu termasuk dalan makanan yang dilarang oleh Rehan.
"Nanti mas bilang sama mama." Sahut Rehan.
"Kok bilang sama mama?" Serena heran.
"Mie buatan mama enak dan organik."
"Tapi aku maunya mie yang pakai cup rasa ayam, Mas."
"Soto aja, ya, yang?" Rehan mencoba untuk bernegosiasi. Inilah saat yang tepat untuk mengetes sejauh mana kemampuan negosiasinya.
Serena menggeleng, "aku maunya mie."
"Kalau begitu mie buatan mama." Putus Rehan.
"Tapi...."
"Nggak ada tapi-tapian, sayang." Sela Rehan final tak ingin dibantah.
"Sekali ini saja." Mohon Serena sambil mengangkat satu jari telunjuknnya.
"Mas izinin Mbak istri makan mie dua kali, tiga kali, nggak apa-apa. Tapi mie buatan mama atau Umi."
"Mas," Serena merengek memanggil Rehan.
"Sekali nggak tetap nggak, Serena." Kata Rehan. Rehan tidak mengucapkan kalimat tersebut dengan kasar, justru sangat pelan dan lembut. Akan tetapi reaksi Serena sungguh diluar dugaan. Perempuan tersebut sudah mengeluarkan air mata.
Hingga sampai di rumah mereka, Serena menyiapkan makanan untuk makan malam. Belum ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Rehan baru keluar dari kamar setelah menyelesaikan ritual mandinya. Ia merasakan suasana berbeda melingkupi ketika ia menghampiri istrinya yang sedang sibuk menata makanan di piring.
Serena melihatnya dan memberikan senyum simpul. Itu saja, tidak lebih. Rehan tahu istrinya masih marah, kue lumpur yang tadi mereka beli masih utuh di atas meja.
"Kuenya nggak dimakan?" Tanya Rehan mencoba mencairkan suasana.
"Nggak." Jawab Serena pelan dan singkat.
"Kenapa?" Tanya Rehan lagi.
Namun Serena tak menjawab, perempuan tersebut juga bingung akan menjawab apa. Tiba-tiba keinginannya untuk menikmati kue tersebut menguap begitu saja. Berganti menjadi keinginannya makan pop mie.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING Art
RomanceBeberapa orang mengatakan bahwa nikah itu enaknya 5%, sedangkan 95% enak banget! Rehan membenarkan hal tersebut. Pada akhirnya Serena adalah takdirnya, menjadi tempatnya berpulang. Menjadi tempat ia menangis ketika sedih, tempat tertawa ketika ia ba...