Fatmah keluar dari kamarnya menuju dapur karena ia tiba-tiba haus, wanita itu sengaja tidak membangunkan suaminya karena Tariq mungkin juga lelah setelah seharian bekerja, walaupun Tariq tak akan pernah mengeluh jika ia membangunkannya. Fatmah melirik jam di dinding yang baru menunjukkan pukul dua pagi. Keningnya berkerut melihat siluet seseorang tengah duduk di ruang tamu. Pelan ia mendekat untuk memastikan bahwa itu benar-benar manusia.
"Astaga, Nak Rehan. Sedang apa kamu di situ, Nak?" Tanya Fatmah melihat Rehan dengan wajah gusar duduk di sofa.
"Umi, Umi kenapa bangun?" Tanya Rehan melihat Fatmah tidak enak.
"Umi tiba-tiba haus, Han. Jadi kenapa kamu duduk di situ? Kenapa tidak ke kamar Serena?"
"Gini, Umi," Rehan tampak rahu untuk melanjutkan kalimatnya. "Aku ingin memastikan istriku tidur dangan baik, tapi takut mengganggu mereka." Katanya akhirnya melirik ke arah pintu kamar Ghea. Sebenarnya saat pulang tadi Rehan sudah membawa kunci rumah jadi ia tidak membangunkan orang-orang di rumah tersebut untuk memberinya pintu. Namun saat ia masuk ke kamar Serena, istrinya tidak ada di sana. Dan sudah pasti ada di kamar Ghea.
"Serena tidur di kamar Ghea?" Tanya Fatmah. Rehan mengangguk. "Ya sudah, Umi lihat mereka dulu, ya, Nak." Kata Fatmah berinisiatif membantu Rehan. Ia tersenyum geli melihat Rehan yang duduk tidak nyaman di sofa menunggui istrinya yang mungkin besok pagi baru keluar.
Fatmah sudah masuk ke dalam sana namun tak lama kemudian keluar, "Mereka sudah tidur, Han. Kamu mau ambil istrimu, nak?" Tanya Fatmah.
"Tidak, Umi. Aku tidak ingin mengganggunya. Memastikan kalau dia tidur dengan baik itu sudah cukup. Kalau begitu aku kembali ke kamar, ya, Umi. Selamat istirahat." Rehan berlalu menuju kamarnya dengan Serena. Namun istrinya tidak ada di sana. Semoga saja ia bisa terlelap tanpa istrinya dalam pelukannya.
Fatmah tersenyum penuh arti ke arah tangga yang tadi dinaiki Rehan, ia sangat bersyukur Serena mendapatkan laki-laki baik seperti menantunya itu. Sejujurnya Fatmah cukup geli dengan penggilan Rehan meski itu sering ia dengar keluar dari mulut menantunya. Bagaimana tidak, perbedaan umur mereka hanya dua belas tahun saja. Akhirnya Fatmah kembali ke kamarnya setelah menyelesaikan urusannya melepaskan dahaga.
Rehan merasa terganggu dalam tidurnya merasakan sesuatu yang berat menimpa badannya. Ia mengangkat tangan mengusap matanya, rasanya ia baru saja terlelap. Saat matanya sudah bisa ia buka paksa, Rehan mendapati kepada yang tidur di atas dadanya. Ia sedikit mengangkat kepala untuk memastikan bahwa tidak sedang bermimpi. Senyum di bibirnya terbit tahu bahwa pemilik kepala itu adalah Serena, istrinya. Serena tidur dengan kepala berada di atas dada bidang Rehan dan tangannya yang memeluk pinggang suaminya. Akhirnya obat tidurnya ada di sini, ia meraih ponsel yang sebelumnya ia letakkan di atas nakas. Lalu ia membuka aplikasi kamera untuk mengabadikan momen ini.
Serena mungkin tidak sadar jika gadis itu tidur dengan kepala bukan berada di atas bantal dan memeluknya posesif. Biasanya gadis itu hanya tidur memeluk lengan Rehan atau lengan Rehan yang di jadikan bantal dan masuk dalam pelukan laki-laki itu. Rehan masih tersenyum meski matanya sudah kembali terpejam. Ia membiarkan Serena tidur dengan posisinya sekarang sedangkan tangannya mengusap lembut punggung Serena.
***
Serena baru saja terjaga dari tidurnya setelah subuh tadi ia tidak tahan kantuk yang menyerang, akhirnya ia terlelap lagi mengikuti Rehan yang juga kembali tidur padahal sebenarnya ia enggan untuk tidur lagi setelah subuh. Namun ia tahu suaminya pulang dini hari sebab ketika ia pindah ke kamar saat pukul setengah tiga pagi Rehan sepertinya baru kembali dan terlelap.
Kini jgadis itu tak mendapati suaminya lagi di sampingnya. Ia melihat jam di atas nakas baru menunjukkan pukul sembilan pagi. Serena memejamkan mata, detik selanjutnya matanya terbuka lebar dan bangun dengan cara asal. Ia segera turun dari ranjang memelototi jam tersebut, benar jam sembilan pagi. Rehan pasti sudah berangkat kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING Art
RomanceBeberapa orang mengatakan bahwa nikah itu enaknya 5%, sedangkan 95% enak banget! Rehan membenarkan hal tersebut. Pada akhirnya Serena adalah takdirnya, menjadi tempatnya berpulang. Menjadi tempat ia menangis ketika sedih, tempat tertawa ketika ia ba...