Terima kasih atas komennya...
Tapi bisakah aku meminta untuk komen selain "Next/lanjut." Hehehe...
Itu hanya keinginan kecilku.
Kalau kalian mau kabulkan Alhamdulillah. Kalau tidak pun Alhamdulillah.
Follow ig aku ya, @miss_n714.
Selamat membaca.
***
Hari ini adalah hari minggu yang artinya orang-orang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah atau keluar kencan dengan kekasih mereka. Namun Rehan dan Serena memilih opsi yang pertama. Sejak mereka bangun jam delapan lalu dan langsung mandi untuk kedua kalinya pagi ini berkat Rehan yang selalu bisa menahan istrinya. Untuk hari minggu ini, ia meminta asisten rumah tangga untuk tidak datang dengan alasan ia ingin menghabiskan waktu berdua dengan sang istri.
Menghabiskan waktu yang dimaksud adalah ia ikut turun tangan membantu istrinya membersihkan rumah. Pertama-tama tadi mereka mencuci semua pakaian kotor dan sprei bersama. Beberapa menggunakan mesin cuci dan Serena mengingatkan agar beberapa jenis baju yang sebelumnya telah perempuan itu pisahkan untuk dicuci menggunakan tangan. Kata Serena agar baju-bajunya tidak cepat rusak. Padahal sebelumnya Rehan akan memasukkan saja semuanya jika ia malas menitipkan ke tempat laundry. Rehan membantu Serena hingga semua cucian berada di jemuran, Serena tidak protes walaupun mulai cerewet karena Rehan yang terlalu banyak menggunakan sabun atau terlalu keras memeras baju-baju yang dicuci ataupun dengan sengaja menjahili istrinya dengan mencolekkan busa di wajah Serena. Rehan bahkan tergelak melihat Serena berkacak pinggang sambil memelototkan mata kepadanya. Alih-alih merasa takut, hal itu justru mengundang gelak tawa laki-laki tersebut.
Kegiatan kedua mereka tadi adalah menyapu dan mengepel. Serena yang bertugas untuk menyapu karena itu yang sedikit lebih ringan dan Rehan yang bertugas mengepel. Rehan sama sekali tidak keberatan melakukan semua itu. Ia bahkan meminta Serena agar ia saja yang melaksakan dua tugas itu-menyapu dan mengepel-namun Serena tidak setuju. Ada saja alasan istri kesayangannya itu untuk turut membantu, katanya "perkerjaan yang dilakukan secara bergotong royong akan cepat selesai dan terasa lebih ringan." Rehan menyetujui pendapat tersabut namun melihat peluh yang menetes di kening istrinya ia tidak tega.
Dan kini mereka tengah berkutat di dapur, Rehan membantu memotong sayur sedangkan Serena bertugas di perapian. Beberapa kali Serena menertawakan hasil pekerjaan Rehan yang sama sekali tidak cocok untuk bekerja di dapur. Bagaimana mungkin laki-laki itu diminta Serena untuk mengiris bawah justru mengeluarkan air mata padahal bawang bukannya diiris tipis tapi hanya di belah menjadi dua.
"AW!" Pekik Rehan saat tak sengaja menggores ujung jarinya dengan pisau.
Serena yang tadi membelakangi Rehan langsung berbalik mendekat ke arah Rehan-matanya melotot melihat darah segar mulai merembes keluar. Tanpa mengatakan apa-apa karena perasaannya yang campur aduk Serena menarik tangan tersebut menuju washtafel untuk dibersihkan. Kemudian ia membawa Rehan untuk duduk di kursi meja makan. Perempuan itu dengan cepat mengambil kotak obat dan memasang plaster di sana.
Rehan menatap Serena yang masih betah dengan keterdiamannya, ini pertama kalinya ia melihat Serenanya yang seperti ini. Tampak jelas gurat khawatir di wajah itu. Serena sudah selesai memasang plater kecil di ujung jarinya, namun masih betah bertahan mengusap lembut plaster tersebut dengan air mata yang entah kapan sudah mengalir di pipi yang selalu menampakkan warna merah.
Serena mencium ujung jari Rehan yang terluka, hati Rehan sedikit terenyuh mengerti akan kekhawatiran yang dirasakan istrinya. "Mbak istri, jangan khawatir. Ini hanya luka kecil." Kata Rehan mesih meneliti wajah istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING Art
RomanceBeberapa orang mengatakan bahwa nikah itu enaknya 5%, sedangkan 95% enak banget! Rehan membenarkan hal tersebut. Pada akhirnya Serena adalah takdirnya, menjadi tempatnya berpulang. Menjadi tempat ia menangis ketika sedih, tempat tertawa ketika ia ba...