Subuh tadi Serena dan Rehan sampai di rumah mereka setelah semalam menginap di rumah Andara. Kini Rehan sudah rapi dengan setelan jas lengkap yang membaluti tubuhnya, ia berjalan menuju pintu utama diikuti oleh Serena dibelakangnya.
"Mas kerja dulu, ya, honey." Katanya sambil mengusal puncak kepala istrinya yang mulai merona. Rehan sengaja mengedipkan mata kepada perempuan tersebut hingga Serena menunduk malu.
"Nanti siang mau makan apa?" Tanya Serena.
"Makan mbak istri boleh?" Tanya Rehan jahil.
Serena memukul lengan Rehan, "serius." Katanya sambil mencebik menyebabkan gelak tawa Rehan.
"Mau makan ayam bakar madu dan sayur bening." Katanya sambil mengambil alih tas kerja yang disodorkan oleh istrinya.
Serena mengangguk, "siap, Mas suami." Menunjukkan cengirannya.
"Jangan enak-enak, ya, sayang. Nanti program diet Mas gagal." Kata Rehan.
"kalau tidak enak, mas nanti seringnya makan di luar." Sahut Serena.
Rehan kembali tergelak, " ya sudah, mas berangkat dulu. Nanti siang mas jemput."
"Tidak perlu jemput, aku pergi sendiri saja."
"Tidak-tidak. Pokoknya mas jemput."
Mau tidak mau Serena mengalah, karena membantah pun bukanlah solusi yang baik. Padahal ia hanya takut suaminya akan repot hanya untuk menjemputnya. Serena kemudian menciun tangan, setelahnya Rehan mengusap kepala istrinya kemudian mencium kening dan bibir Serena.
Sesampainya di kantor, Rehan di sambut oleh beberapa karyawan seperti biasa yang ia balas dengan sapaan hangat pula. Bita sudah berdiri di balik mejanya mengucap selamat pagi kepada bosnya ini. Rehan tampak bahagia dengan kehidpannya setelah pernikahannya dan itu termasuk dalam hal yang Bita syukuri. Setidaknya bosnya ini sudah tidak labil dan galau lagi.
"Pak, di dalam sudah ada seseorang menunggu bapak." Kata Bita setelah mengucap sapa paginya.
Rehan menaikkan alisnya, "siapa?"
Bita tersenyum penuh arti, "dia seorang perempuan." Jawab Bita.
"Jangan main-main, Mbak Bita. Pagi ini saya tidak ada jadwal pertemuan dengan siapapun terutama perempuan. Dan tidak seharusnya Mbak Bita membiarkan perempuan masuk ke ruangan saya tanpa persetujuan saya. Seharusnya Mbak Bita hafal itu." Tegur Rehan. Sungguh ia tidak ingin nanti istrinya salah paham, merusak kepercayaan Serena sama saja merusak masa depannya.
"Bapak harus masuk dulu." Kata Bita.
Dengan berat hati Rehan akhirnya membuka pindu tersebut, matanya melebar melihat siapa yang duduk di sofa dalam ruang kerjanya. Seorang gadis dengan rambut pirang dan make-up yang selalu natural.
"Mas!" Pekik gadis tersebut saat menyadari Rehan sudah datang dan sekarang masih berdiri di pintu dengan senyum yang juga mereka. Rehan merentangkan tangan kepada gadis tersebut.
"Elina kapan datangnya? Kok mas tidak di kabari kalau pulang?" Tanya Rehan memeluk erat gadis tersebut, menyalurkan rindu setelah beberapa tahun tidak pernah bertemu. Tidak banyak yang berubah darinya, tetap menjadi adik kecilnya yang manja. Elina Adi Sugiyono adalah adik Rehan seayah berbeda Ibu. Rehan tak pernah mempermasalahkan hal tersebut tidak seibu bukan berarti akan membatasi interaksi mereka sebagai saudara.
"Namanya juga kejutan, Mas." Kata gadis tersebut sambil melonggarkan pelukannya. Rehan membawa Elina untuk duduk kembali di sofa.
"Bagaimana kuliahmu, dek?" Tanya Rehan ia mengitari mejanya untuk duduk di kursi kebesarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING Art
RomanceBeberapa orang mengatakan bahwa nikah itu enaknya 5%, sedangkan 95% enak banget! Rehan membenarkan hal tersebut. Pada akhirnya Serena adalah takdirnya, menjadi tempatnya berpulang. Menjadi tempat ia menangis ketika sedih, tempat tertawa ketika ia ba...