WA 41-END

12.4K 1K 154
                                    

Rehan mengusap wajahnya, ia baru saja sampai di rumah sakit. Lututnya bergetar hebat ketika mendengar keterangan dari dokter tentang kondisi istrinya yang jauh dari kata baik-baik saja. Serena menyembunyikan semua tentang kesehatannya dengan apik demi buah hati mereka. Manurut dokter mereka sudah memperingatkan Serena untuk menunda kehamilan mengingat kondisinya pasca operasi ginjal kala itu. Terlalu rentan dan berbahaya terlepas dari nasib baik yang diberikan Tuhan kepadanya. Namun kehamilan Serena sudah terlanjurr kemudian pihak rumah sakit memberikan pilihan untuk mempertahan kandungannya yang sangat membahayakan Serena atau melepas mereka. Serena memilih untuk mempertahankan kadungannya meski dengan risiko besar sekalipun. Dan semua itu ia sembunyikan dari Rehan dan juga keluarga besar mereka. Istrinya selalu bersikap baik-baik saja bahkan tak pernah nampak keluhan dari mulut istrinya. Kini Serena berada di dalam ruang operasi mempertaruhkan nyawanya.

"Han,"

"Maafin Rehan, Ma, Rehan lagi nggak ingin mendengar pejelasan apapun dari mama." Kata Rehan pelan. Ia bahkan tidak melihat Andara takut jika emosinya akan meledak. Bukan tanpa alasan ia begitu marah, karena satu-satunya orang yang mengetahui kondisi Serena sebenarnya adalah Mamanya. 

Andara  menuruti perkataan Rehan dengan membiarkan anaknya itu dalam keterbungkaman menunggu kabar dari dalam sana. Suara pintu terbuka menyita atensi semua orang yang sedang menunggu kabar baik dari dokter yang menangani satu wanita yang begitu mereka sayangi.

Rehan berdiri di depan dokter yang baru saja keluar. 

"bagaimana keadaan istri saya dokter?" tanya Rehan.

"Selamat, Pak Rehan, anak Bapak dan Ibu Serena lahir dengan sehat. Begitu pula Ibunya. walaupun sempat kritis tapi InsyaAllah akan segea stabil." 

Rehan berlutut di lantai seolah beban yang bagitu berat ia pikul menguap seiring dengan kabar baik yang baru saja ia terima. Tidak berhenti ia mengucap syukur. Ia segera dituntun oleh perawat dan asisten dokter yag bertugas untuk segera menemui anak-anaknya untuk megadzani. Sementara angota keluarga yang lain masih belum diperbolehkan masuk.

Rehan menjajarkan tubuhnya dengan ketiga anaknya yang diletakkan di brangkar khusus untuk bayi dan segera mngumandangkan adzan setelah mengambil air wudhu, air mata terus mengalir di pipinya. Setelahnya ia mendaratkan kecupan hangat untuk ketiga anak-anaknya yang rupanya dua laki-laki dan satu perempuan. Bagaimana wajah anak perempuannya tercetak seperti Serena versi kecil. Ia kemudian beralih pada Serena--Sang Istri tercinta. 

Ia mencium habis wajah Serena yang masi setengah sadar mungkin akibat obat bius. Ia meraih tangan istrinya yang terbebas dari infus dan menciumnya dengan hikmat. "Mas nggak tahu apa yang harus mas lakukan jika saja terjadi sesuatu ya buruk sama kamu sayang."

Samar Serena tersenyum, namun matanya masih setengah terpejam. "Aku sayang, Mas." ucapnya pelan--teramat sangat pelan. 

"Mas sangat menyayangimu, sayang."

Kembali Serena tersenyum samar mendengar kalimat manis yang dilontarkan suaminya.

***

Setelah dipindahkan ke ruangan rawat inap kini keluarga besar Rehan dan Serena bisa dengan leluasa mengunjunginya. Hanya saja kebersihan tetap harus di utamakan, beruntung bahwa ada ruang khusus untuk tamu dalam kamar tersebut walaupun terbatas, namun masih bisa menampung mereka. Meski dinyatakan sehat ketiga anak mereka masih harus di biarkan di ruang NICU untuk memantau perkembangannya dan memastikan dengan benar keadaan ketiga bayi tersebut.  

Serena perlahan membuka mata yang disambut oleh Rehan dan keluarga besarnya. Ia tersenyum bahagia melihat semua orang berkumpul walaupun nyeri di bagian perutnya terasa sedikit menyiksa. Rehan segera memangil dokter untuk kembali memeriksa kondisi Serena. Tidak berselang lama ia kembali dengan seorang dokter dan juga dua perawat. 

WEDDING ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang